Ia menjelaskan cara kerja Nikuba versi terbarunya ini mampu memisahkan zat hidrogen (H2) dan oksigen (O2) yang terkandung dalam air (H2O) melalui proses elektrolisis.
Hidrogen yang dipisahkan oleh katalisator yang ia buat sendiri kemudian dialirkan melalui intake motor.
"Hidrogen lari ke selang (intake motor) yang menuju ke ruang bakar. Terus oksigennya itu terelektrolisis kembali di Nikuba. Seterusnya seperti itu. Berputar," jelas Aryanto.
Dari uji coba yang ia lakukan, dari 1 liter air diklaim mampu menempuh jarak hingga 450 kilometer.
"Sebanyak 1 liter air, kurang lebih bisa 450 kilometer. Kodam III Siliwangi juga melakukan test drive dari Bandung ke Garut pulang-pergi," ungkapnya.
Saat ini, Aryanto mengaku alat Nikuba miliknya baru terpasang pada 11 kendaraan milik Kodam III/Siliwangi.
Ia mengaku belum dapat memproduksi secara massal untuk dipasarkan lantaran belum mendapat legalitas yang jelas.
Selain itu, penemuan Nikuba oleh Aryanto Misel tersebut pernah diragukan oleh kalangan cendekiawan.
Rektor Universitas Teknologi Sumbawa, Ir. Chairul Hudaya, Ph.D mengatakan bahwa proses memisahkan hidrogen dari air menggunakan teknik elektrolisis membutuhkan energi yang besar dan alat yang khusus.
Ia mengatakan inovasi bahan bakar sebenarnya telah banyak dilakukan sebelumnya namun akhirnya terbukti hanya tipuan belaka atau hoax.
"Banyak yang free energy, tapi akhirnya terkuak sebagai fake. Kalau mau fair, ini bisa dibedah bersama," ungkap Chairul.
Sejalan dengan Chairul, Dosen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI), Widodo Wahyu Purwanto meragukan Nikuba mampu mengubah penggunaan BBM dengan air seratus persen atau seluruhnya.
Ia menduga Nikuba hanya meningkatkan efisiensi pembakaran sehingga dapat menghemat konsumsi BBM.