PEKALONGAN, AYOSEMARANG.COM-Seorang pelanggan Perusahaan Air Minum (PAM) di Kota Pekalongan bernama Hendro Figola (35) mendapat tagihan yang tidak wajar.
Namun, ketika warga Kelurahan Bendan Kergon akan klarifikasi dan meminta keringanan membayar tagihan tersebut, pihak Perumda Tirtayasa menolak dan tetap diminta bayar sesuai nominal di tagihan.
Ia pun terpaksa putar badan lantaran aduan yang disampaikan ke Kantor Perumda Tirtayasa tidak mendapatkan solusi.
Baca Juga: Pekerjaan Proyek Tanggul Raksasa Pekalongan Kasus Lagi, Rp 2,8 M Material Proyek Belum Dibayarkan
"Kedatangan saya untuk mengklarifikasi tagihan PAM yang bengkak hingga Rp 9 juta lebih tapi tak diberikan solusi," ungkap Hendro, Selasa 8 Agustus 2023.
Ia menjelaskan tagihan air minum sebelumnya masih normal dan kalaupun naik juga masih wajar, yang awalnya di bawah Rp 100 ribu terus bertahap naik menjadi sekitar Rp 200 ribuan sesuai kubikasi.
Namun mendadak tagihan melonjak menjadi Rp 900 ribuan dan sudah dua kali pula dicek petugasnya tidak ada kebocoran air bahkan tagihan juga sempat kembali normal.
"Awalnya saya mengontrak tempat untuk usaha warung makan namun karena kondisi waktu itu masih dalam masa pemulihan Pandemi Covid-19 jadi usaha belum normal sehingga kerap terlambat bayar air," ujarnya.
Baca Juga: Cuaca Belum Bersahabat, Nelayan Mengeluh Tangkapan Sedikit
Mendadak setelah mengalami keterlambatan bayar menyebabkan tagihan air di bulan berikutnya langsung melonjak berkali lipat dan hal tersebut berlangsung selama 12 bulan. Karena biaya operasional ikut membengkak akhirnya dua dari tiga karyawan terpaksa diberhentikan.
"Saya pindah lokasi usaha namun pihak pemilik tempat sebelumnya menuntut tagihan air dilunasi. Tentunya saya merasa keberatan karena harus bayar Rp 9 juta lebih, saya belum ada uang sebesar itu," ucapnya.
Sebenarnya pihak Perumda Tirtayasa sempat menawarkan solusi pembayaran namun masih terasa berat sekali.
"Saya diminta membayar langsung tujuh bulan sebesar Rp 6,3 juta. Tapi kan tetap saja terasa berat, karena tidak ada solusi lain akhirnya saya memilih pulang. Ndak tahu nanti apa yang terjadi," katanya lemas.