BATANG, AYOSEMARANG.COM - Kompleks SD Karangasem di Kecamatan Batang mendadak penuh semarak dan gelak tawa.
Ratusan pelajar SD dari seluruh kecamatan berkumpul untuk mengikuti Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI). Di salah satu ruang kelas, suasana menjadi sangat meriah ketika puluhan siswa tampil beradu kemampuan dalam lomba yang cukup unik—stand-up comedy dalam bahasa Jawa, atau yang mereka sebut sebagai dhagel ijen.
M. Syarifudin, ketua panitia FTBI Kecamatan Batang, menjelaskan bahwa festival ini menghadirkan tujuh kategori lomba, dengan dhagel ijen sebagai cabang baru yang pertama kali dilombakan.
"Sebelumnya, cabang ini belum ada. Ini baru pertama kalinya kami menggelar lomba dhagel ijen, yang kalau di televisi dikenal sebagai stand-up comedy," jelas Syarifudin pada Selasa, 3 September 2024.
Baca Juga: Formasi CPNS di Kendal Hanya 659 yang Daftar Sudah 7.579 Orang
Lomba dhagel ijen ini berhasil menciptakan suasana penuh tawa dan keceriaan di antara para peserta dan penonton. Menurut Syarifudin, selain menghadirkan hiburan, lomba ini juga diharapkan mampu mengasah ketangkasan berkomunikasi para siswa.
"Lewat dhagel ijen, kami ingin anak-anak tidak hanya mampu berkomunikasi, tetapi juga bisa bercerita dan menyampaikan sesuatu yang menarik kepada audiens," tambahnya.
Tema yang diangkat dalam dhagel ijen adalah situasi kekinian yang relevan dengan kehidupan sehari-hari anak-anak.
Siswa yang berhasil membuat penonton tertawa terbahak-bahak akan mendapatkan nilai tinggi dari para juri. Selain dhagel ijen, lomba lainnya yang juga digelar di antaranya adalah geguritan, mendongeng, macapat, aksara Jawa, dan beberapa lomba lain yang semuanya bertujuan melestarikan budaya Jawa.
"Lomba FTBI tingkat Kecamatan Batang ini diikuti oleh 60 sekolah dengan total peserta sebanyak 376 siswa. Kegiatan ini dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, hingga provinsi," ujar Syarifudin.
Salah satu peserta lomba dhagel ijen, Akilah Milly Nur Prasetya, siswi kelas 6 SD Proyonanggan 5, tampil penuh percaya diri. Ia mengaku tidak merasa malu sama sekali saat tampil di depan penonton.
"Saya sudah berlatih khusus untuk lomba ini, ceritanya tentang kehidupan lucu saat sekolah. Latihannya sekitar dua minggu, dengan belajar memahami cerita dalam bahasa Jawa dan menonton contoh-contoh di YouTube," tuturnya.
Keberanian dan kreativitas Akilah serta peserta lainnya dalam menampilkan humor khas Jawa menjadi salah satu upaya nyata dalam melestarikan budaya lokal di tengah gempuran budaya asing.