regional

Membedah Tumpeng dalam Ngaji Kebangsaan, Begini Filosofinya

Senin, 14 Oktober 2024 | 13:15 WIB
Ngaji Kebangsaan yang digelar di Pondok Pring Jagat, Sukodono, Patebon. (edi prayitno/kontributor kendal)

 

KENDAL,AYOSEMARANG.COM - - Dalam kehidupan masyarakat Jawa, tumpeng adalah warisan tradisi nenek moyang yang sangat tinggi nilai dan maknanya. Selain simbolisasi yang bersifat sacral, olahan nasi ini identik dengan budaya tradisi selamatan khas suku bangsa di Indonesia.

Sebagian tumpeng berbentuk kerucut yang mengandung makna mengarah kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pusat dari ungkapan syukur. Maka, tumpeng yang digunakan untuk acara tasyakuran, cenderung berbentuk kerucut menyerupai kemuncak gunung yang menyimbolkan keselamatan, kesuburan dan kesejahteraan.

“Tumpeng biasanya sebagai media untuk kebersamaan di dalam masyarakat. Bentuknya mengerucut, filosofinya keatas kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kebawah kepada masyarakat,” ujar Pegiat Budaya Jawa Ani Faiqoh saat Ngaji Kebangsaan di Pondok Pesantren Pring Jagad Kelurahan Sukodono, Kecamatan Kota Kendal.

Dikatakan juga, tumpeng yang menyerupai gunung menggambarkan kemakmuran sejati. Air yang mengalir dari gunung akan menghidupi tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan yang dibentuk ribyong disebut semi atau semen, yang berarti hidup dan tumbuh berkembang. Semua unsur tersebut adalah wujud perwakilan semua hal yang dimiliki manusia untuk dipersembahkan kepada sang pencipta.

Baca Juga: Angkat Sejarah Kaliwungu, Gelar Budaya Pentaskan Teater Tumenggung Hadinagoro

“Secara umum, filosofi tumpeng lekat kaitannya dengan perwujudan nilai toleransi, keikhlasan, kebesaran jiwa, dan kekaguman atas kebesaran Tuhan Yang Maha Esa,” imbuhnya.

Dengan demikian dalam kehidupan harus bertaqwa kepada Tuhan dan berkomunikasi dengan masyarakat. "Tidak mengherankan bila kegiatan di sekitar kita tidak meninggalkan tumpeng," pungkasnya.

Panitia pelaksana ngaji kebangsaan, Slamet Priyatin menuturkan berpesan untuk tetap melaksanakan budaya yang ada. Terutama budaya di pesantren yang meliputi terbangan, tumpengan, tahlilan dan lainnya.

"Untuk mempertahankannya perlu dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan" katanya.

Muhammad Ilyas pengasuh Ponpes  Pring Jagad mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mensukseskan kegiatan ini. "Semoga ini berdampak positif bagi kemaslahatan umat terutama generasi muda yang masih perlu banyak bimbingan agar memiliki karakteristik yang bisa diandalkan," ujarnya.

Tags

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB