AYOSEMARANG.COM -- Ternyata ada cara menghitung malam Lailatul Qadar di 10 hari terakhir Ramadhan.
Sebagai umat muslim yang bertaqwa pasti sangat menantikan datangnya malam mulia ini.
Diketahui malam Lailatul Qadar merupakan malam diturunkannya kitab suci Al Quran yang disebut lebih baik dari 1000 bulan.
Baca Juga: Tanggal-tanggal Malam Ganjil di 10 hari terakhir Ramadhan 2023, Ini Doa Malam Lailatul Qadar
Malaikat Jibril dan para malaikat lainnya turun ke bumi bersamaan membawa banyak keberkahan dari Allah SWT.
Hal itu seperti yang disabdakan Rasulullah tentang perkiraan Lailatul Qadar.
“Carilah ia di sepuluh hari yang terakhir. Maka sesungguhnya Lailatul Qadr ada pada malam-malam yang ganjil; malam ke 21 atau malam ke 23 atau malam ke 25 atau malam ke 27 atau malam ke 29 atau malam terakhir di bulan Romadhon.” (HR. Ahmad dari ‘Ubadah bin Shomit).
Menurut Imam Al-Ghazali dan juga ulama lainnya, terapat cara menghitung malam Lailatul Qadar di 10 hari terakhir Ramadhan. Berikut penjelasan caranya:
Baca Juga: Tata Cara Itikaf 10 Hari Terakhir Ramadhan: Rukun, Niat, Syarat, dan Waktu
Dalil Malam Lailtul Qadar
Sebelum mengetahui cara menghitungnya, terdapat sejumlah dalil terkait prediksi datangnya malam seribu bulan tersebut, termasuk yang menyebut jika datang di malam ke 21 Ramadhan.
Namun ada juga dalil yang menerangkan jika Lailatul Qadar terjadi di malam ke 25 Ramadhan.
Dalil Lailatul Qadar Malam ke 21 Ramadan
"Rasulullah melakukan iktikaf pada sepuluh hari pertama di bulan Ramadan, dan kami pun beriktikaf bersamanya. Lalu Jibril datang dan berkata, 'Sesungguhnya apa yang kamu minta (ada) di depanmu.' Lalu Rasulullah berkhutbah pada pagi hari yang ke-20 di bulan Ramadan dan bersabda, 'Barangsiapa yang iktikaf bersama Nabi, pulanglah. Karena sesungguhnya aku telah diperlihatkan Lailatulqadar, dan aku sudah lupa. Lailatulqadar akan terjadi pada sepuluh hari terakhir pada (malam) ganjilnya, dan aku sudah bermimpi bahwa aku bersujud di atas tanah dan air.' Saat itu atap masjid (terbuat dari) pelepah daun pohon kurma, dan kami tidak melihat sesuatu pun di langit. Lalu tiba-tiba muncul awan, dan kami pun dihujani. Lalu Rasulullah salat bersama kami, sampai-sampai aku melihat bekas tanah dan air yang melekat di dahi dan ujung hidungnya sebagai pembenaran mimpinya." (HR. Bukhari dan Muslim, sahih menurut Asy Syafi'i)