PEKALONGAN, AYOSEMARANG.COM -- Perubahan iklim menyebabkan banyak masalah lingkungan. Hal itu pun terjadi di Kota Pekalongan yang secara spesifik terjadi penurunan tanah.
Berdasarkan data, sejak 2005 hingga 2022 atau selama 17 tahun ini, penurunan tanah dan kenaikan permukaan air laut menjadi 1,5 meter lebih.
Fenomena penurunan tanah itu disampaikan langsung Wakil Wali Kota Pekalongan Salahudin usai menghadiri malam penganugrahan lomba pidato, poter, video pendek, foto perubahan iklim yang berlangsung di Hotel Santika Pekalongan, Minggu 12 Juni 2022 malam.
"Jadi kalau setahun penurunan tanah 3 centimeter. Maka setahun perbedaan muka tanah dan laut itu berubah sekitar 10 centimeter. Kalau 15 tahun 1,5 meter," ungkap Salahudi.
Ia pun menyebutkan bahwa penahan gelombang setinggi 2,5 meter yang telah dibangun oleh pemerintah saat ini sudah dilewati ombak.
"Saya kira harus ada upaya selain kegiatan akademis, rekayasa teknologi dan penanam mangrove. Tapi juga harus disertai doa," katanya.
Baca Juga: Eril Masih Keturunan Wali Songo, Ridwan Kamil Ungkap Silsilah Leluhurnya
Salahudin juga mengatakan harus ada perubahan perilaku masyarakat yang tidak mengundang bencana.
Adapun upaya meminimalisir banjir rob, Pemkot Pekalongan dibantu pemerintah pusat dengan membangun tanggul dengan nilai anggaranya mencapai Rp1,2 triliun.
"Kita juga lagi mengajukan bantuan anggaran lagi sekitar Rp1,3 triliun untuk menyelesaikan tanggul. Totalnya anggaranya ada sekitar Rp2,5 triliun," katanya.
Baca Juga: Bus Tabrak Tiang Listrik di Pekalongan Bikin 267 Gardu Listrik Padam
Dari total anggaran itu untuk mebuat tanggul diantaranya, Sungai Kalibanger, Kaliloji, Sungai Meduri dan Bremi itu hampir sekitar 10 kilometer lelih.
Untuk upaya lain, lanjuta dia, Pemkot Pekalongan menggandeng dari berbagai stakeholder untuk memperbanyak penanaman mangrove disekitar pesisir pantai.