umum

Mengenal Tradisi Sinoman yang Sudah Mulai Pudar Seiring Berkembangnya Zaman

Senin, 18 Juli 2022 | 17:13 WIB
Ilustrasi sinoman (Istimewa)

AYOSEMARANG.COM -- Pernahkah Anda mendengar kata “sinoman”? Sinoman merupakan sebuah tradisi dalam budaya Jawa. Sinoman telah lama dikenal dan dilakukan oleh masyarakat Jawa sejak zaman dahulu.

Tradisi sinoman dilaksanakan ketika ada hajatan, hari besar, acara keagamaan, bahkan upacara kematian. Seiring berkembangnya zaman, tradisi ini sudah mulai pudar. Banyak masyarakat yang menggunakan event organizer, katering, dan lainnya saat menggelar suatu acara.

Namun, kita masih dapat menemui tradisi ini saat ada acara atau hajatan, seperti pernikahan atau lainnya di desa. Mereka yang membantu dalam hajatan tersebut disebut sinoman, sedangkan kegiatan atau aktivitasnya disebut nyinom.

Biasanya yang menjadi sinoman adalah pemuda-pemudi di desa tersebut. Mereka biasanya bertugas untuk membantu membangun tenda, menata dekorasi, menata meja dan kursi, dan melayankan hidangan kepada para tamu yang datang. Setelah para tamu usai menikmati hidangan, para sinoman akan bergegas untuk membersihkan makanan sisa dan juga membersihkan tempat acara setelah acaranya selesai.

Baca Juga: Penting! Inilah Bahaya Mandi Malam bagi Tubuh

Biasanya para sinoman menggunakan baju seragam seperti batik atau kemeja putih dan celana hitam. Seragam para sinoman biasanya sudah dikoordinasi oleh RT atau karang taruna desa setempat.

Bagi para sinoman, kegiatan nyinom dapat melatih kekompakan dan menambah rasa kebersamaan sesama pemuda desa.

Para sinoman dalam melayani tamu juga memiliki etika yang harus diterapkan, seperti tata cara mengantarkan makanan atau minuman kepada para tamu. Para sinoman melaksanakan tugasnya dengan sukarela. Prinsip sukarela dapat terlihat ketika para sinoman melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Selain istilah sinoman, dalam tradisi Jawa juga dikenal istilah laden dan rewang. Laden diambil dari kara “ngladeni” yang berarti melayani. Sedangkan “rewang” merupakan kegiatan masak-memasak guna membantu menyiapkan makanan saat ada acara hajatan. Kegiatan rewang ini biasanya dilakukan oleh ibu-ibu atau tetangga di sekitar tempat tinggal pemilik acara atau hajatan.

Baca Juga: Berbeda dari Namanya, Nasi Goreng Magelangan Justru Populer di Yogyakarta, Ini Penjelasannya

Nyinom, laden, dan rewang ketiganya merupakan wujud kepedulian sosial warga sekitar kepada saudara atau tetangganya yang sedang menggelar acara hajatan.

Dalam tradisi tersebut, pemuda-pemudi, bapak-bapak, dan ibu-ibu di sekitar bergotong royong dalam membantu pemilik acara dengan melayani para tamu yang hadir dan mempersiapkan acara secara sukarela. Selain membantu meringankan beban dari pemilik acara, tradisi ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan antar sesama masyarakat melalui interaksi saat bergotong royong.

Tradisi ini merupakan salah satu wujud kepedulian sosial antar warga masyarakat. Semoga bermanfaat. (Fatih Rahmawati / magang Ayosemarang).

Tags

Terkini

Kemenimipas Teken MoU dengan Delapan Lembaga Negara

Rabu, 19 November 2025 | 21:03 WIB