Meski begitu, lanjut Fathul, pihak UII belum mendapatkan informasi mengenai lokasi persis keberadaan Munasir di Boston.
UII juga belum mengetahui alasan mengapa dosennya itu mengubah rute perjalananya dan tak langsung kembali ke Indonesia.
Baca Juga: 8 Barang yang Mahasiswa Wajib Punya, Mana yang Belum Kamu Miliki?
"UII belum mengetahui misi atau alasan mengapa AMRP menuju Boston sekembalinya dari Oslo melalui Istanbul, dan tidak langsung ke Indonesia. Sampai saat ini, AMRP belum bisa dihubungi," katanya.
"UII dan keluarga berharap AMRP segera menghubungi untuk mengabarkan lokasi dan keadaannya. UII juga berharap setelah misi di Boston selesai, AMRP dapat kembali ke Indonesia dalam keadaan sehat dan baik," sambungnya.
Lebih lanjut, Fathul memastikan Munasir tidak memiliki keterkaitan dengan gerakan-gerakan terlarang.
"Kami tidak melihat Mas Rafie pernah berafiliasi dengan lembaga yang visi misinya bertentangan dengan UII. Sehingga, kami kalau ada teori yang mengatakan terkait dengan gerakan-gerakan itu, cenderung itu sangat kecil peluangnya; meskipun kami belum punya informasi pasti yang memastikan teori itu, tapi kecil kemungkinan itu," jelasnya.
Dia mengatakan Munasir sudah terbiasa bepergian ke luar negeri untuk mengerjakan proyek internasional. Pada 2022, Rafie tercatat dua kali pergi ke AS.
Baca Juga: Dosen Jurnalistik Unnes: Usut Tuntas Peretasan Awak Media
"Beliau sudah biasa ke luar negeri, sudah biasa kerja sama internasional. Jadi, ini kasus khusus ini, betul-betul kasus belum pernah terjadi dalam sejarah UII," tambahnya.
Menurutnya, Munasir adalah sosok dosen yang cerdas.
Hal tersebut terbukti dengan sekolahnya, karya-karyanya dan keseriusannya dalam bekerja. (Suara.com/Chyntia Sami Bhayangkara/Agatha Vidya Nariswari)