TEGAL, AYOSEMARANG.COM-- Pandemi Covid-19 memberikan pengalaman tersendiri bagi guru Sekolah Luar Biasa atau guru SLB di Kota Tegal.
Bagaimana tidak, mereka harus mengajar secara daring akibat Pandemi Covid-19. Hal itu pun membuat guru SLB harus ekstra sabar dan telaten dalam mengajar.
Seperti yang diutarakan guru SLB Negeri Kota Tegal, Eko Budiyanto. Ia mengaku, mengajar secara daring jauh lebih sulit dibandingkan dengan sekolah tatap muka.
Baca Juga: Santri Bisa Menyuarakan Pesan Kebaikan Melalui Konten Kreatif
Setiap hari, Eko harus mengirimkan video materi yang disampaikan dengan bahasa isyarat kepada orangtua atau wali murid siswa.
"Lebih sulit tentunya. Pertama, kita harus pintar untuk bagaimana caranya agar anak ini mudah paham. Kemudian yang kedua, banyak orangtua yang tidak tahu bahasa isyarat," kata Eko yang merupakan guru SLB khusus tunarungu.
Meski demikian, ia tak patah semangat. Eko memilih untuk memperkuat kemampuan anak dalam keterampilan di tengah pembelajaran yang harus dilakukan dari rumah.
Baca Juga: Jelang Nataru, Sejumlah Perbankan Siapkan Pasokan Uang Tunai
Artinya, ia lebih banyak memberikan materi ketetampilan tangan dibanding materi dari buku pelajaran.
"Kalai di sekolah pakai RPP. Kalau di rumah banyakin keterampilan supaya anak tidak jenuh. Seperti membuat kerajinan dari barang bekas, membuat mozaik, dan sebagainya," jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga memanfaatkan belajar di rumah untuk menguatkan keterampilan bahasa isyarat anak. pasalnya, ada dua bahasa isyarat yang harus dikuasai siswa tunarungu, yaitu Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).
Baca Juga: Kisah Orang Tua Membujuk Anak saat Vaksin di Semarang, Diimingi Jajan hingga Membelikan Mainan
"Kami perkuat juga bahasa isyaratnya. Karena banyak yang belum lancar," ucapnya.
Eko mengatakan, hasil evaluasi pembelajaran dari rumah, kemampuan siswa-siswanya menurun. Para sisea menjadi lamban dalam menerima materi pelajaran.