"Permintaan ekspor yang paling ramai itu biasanya di bulan November, Desember dan Januari. Harganya pun lebih mahal yaitu capai Rp300 ribu perkilogram," ungkapnya.
Baca Juga: Heboh! Hari Pertama Jabat CEO Esteh Indonesia, Nagita Slavina Bagi-bagi Bonus ke Karyawan
Untuk permintaan ekpor dengan harga paling tinggi biasanya datang dari Negara Arab Saudi.
"Kalau permintaan dari Negara Arab itu, harganya teragantung sini. Sini berapa sana ikut saja," jelasnya.
Sementara itu, Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Gringsing, M Arisna Pradono menyatakan, selama tiga tahun ini ada penambahan luasan wilayah tanaman Melati di Kecamatan Gringsing.
"Di awal 2019 itu masih 8 hektar luasnya. Tapi seiring berjalanya waktu trennya naik, 2021 akhir di data kami sudah hampir 15 hektar untuk Desa Sidorejo," ungkap M Arisna Pradono.
Ia menyebutkan, Kecamatan Gringsing ada dua desa yang menjadi sentra komoditas bunga melati yaitu Desa Sidorejo dan Yosorejo dengan jumlah petani sekitar 100 orang.
"Dari jumlah itu, sebagain petani baru dan alih tanam. Mereka tertarik meniru karena dari sisi keuntungan cukup bagu, kondisi lahan mendukung dan perawatanya juga mudah," tukasnya.