PEKALONGAN, AYOSEMARANG.COM -- Wilayah Kota Pekalongan dihadapkan berbagai persoalan terkait topografisnya, yaitu banjir bah (banjir yang terjadi saat musim hujan), banjir rob (naiknya permukaan air laut), dan penurunan struktur tanah.
Bancana itu, sudaah menjadi langganan dan masyarakat pun dipaksa untuk bisa bersahabat dengan musibah itu.
Tidak cukup di situ, peristiwa cuaca ekstrem dan kekeringan yang berkepanjangan membuat penduduk Pekalongan menderita.
Dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat adalah rusaknya infrastruktur jalan, tergenangnya lahan produktif di wilayah pesisir, hingga menurunnya pendapatan masyarakat.
Baca Juga: HOAKS atau Fakta? Benarkah Najwa Shihab Sidak Sel Ferdy Sambo?
Sebagai upayanya, KEMITRAAN – Partnership for Governance Reform bekerja sama dengan Pemerintah Kota Pekalongan, melalui dukungan Adaptation Fund (AF) melakukan aksi sinergitas untuk keberlanjutan lingkungan dengan slogan Mangrove for Futurepada 21 September 2022.
Aksi tersebut diwujudkan dengan melakukan penanaman 16.100 bibit mangrove jenis Avicennia Marina dan Casuarina Equisetifolia di Kelurahan Kandang Panjang dan Bandengan.
“Penanaman mangrove sudah dimulai sejak Juli 2022 dengan menanam 2500 bibit mangrove di Kelurahan Degayu. Rehabilitasi tanaman ini sangat penting dilakukan mengingat ekosistem mangrove tak hanya berfungsi untuk mencegah abrasi, tapi juga menjadi habitat alami ikan dan kerang yang selama ini dijadikan mata pencaharian masyarakat Kota Pekalongan,” kata Andi Kiki, Team Leader Program AF Pekalongan.
Program AF Pekalongan sudah dimulai sejak 2021 dengan Pendekatan 3M, Melindungi, Mempertahankan, dan Melestarikan.
Baca Juga: Ide Jualan Pisang Super Crispy, Digoreng saat Pesanan Masuk Bakal Jadi Langganan Semua Orang
Hal itu, tujuan memelihara kondisi sosial ekonomi masyarakat Kota Pekalongan yang terdampak langsung perubahan iklim agar tetap kondusif dan berkelanjutan.
“Melalui program ini, KEMITRAAN terus membantu masyarakat agar terhindar dari ancaman dampak perubahan iklim dengan meningkatkan ketahanan masyarakat secara sosial, ekonomi, dan ekologi. Contoh kegiatan yang sudah kami lakukan, yakni penguatan kapasitas masyarakat, khususnya anak muda, pengembangan ekonomi alternatif, pembangunan fasilitas/infratruktur, dan melakukan upaya-upaya rehabilitasi tanaman mangrove yang mengalami kerusakan, seperti yang kita lakukan saat ini,” ungkap Dewi Rizki, Direktur
Wali Kota Pekalongan, Afzan Arslan Djunaid, mengatakan persoalan perubahan iklim adalah tugas menantang sehingga diperlukan kerja sama dan komitmen berbagai pihak.
“Dari kegiatan ini, saya berharap ini bisa menjadi pemantik bagaimana upaya mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim dapat dikurangi sehingga kelangsungan hidup masyarakat di Kota Pekalongan sejahtera kembali,” kata Afzan Arslan.