Ini juga untuk kelompok-kelompok muslim garis keras dan para jenderal. Maka dari itu, AS bersekutu dengan mereka yang juga tak suka dengan Soekarno.
Lalu, Amerika disebut memberikan bantuan yang disamarkan kepada Angkatan Darat, termasuk menurunkan peralatan komunikasi yang sangat maju.
Marshall Green diketahui pernah mengadakan pertemuan rahasia bersama Adam Malik, agen CIA McAvoy, dan Soeharto.
Baca Juga: Tak Perlu Repot Cetak dan Anti Hilang! Apa Syarat Membuat KTP Digital?
Saat itu, Adam Malik adalah Duta Besar Indonesia di Rusia yang dipecat oleh Soekarno. Kemudian, keempatnya bicara soal membebaskan Indonesia dari komunisme. Pasalnya, Soekarno dianggap terlalu lemah dalam menangani PKI.
"Saya memerintahkan agar ke-14 walkie talkie yang ada di Kedutaan Besar untuk keadaan darurat diserahkan kepada Soekarno... Ini untuk keamanan internal tambahan bagi dia dan pejabat terasnya sendiri," kata Green.
Diketahui peralatan itu sekaligus menjadi alat yang digunakan untuk sadap Kedubes AS.
Untuk menyembunyikan dukungan AS bagi Soeharto pada tahap awal, Angkatan Darat pun diberikan pasokan medis senilai 500.000 dolar AS yang bisa dirubah menjadi uang tunai.
AS juga menurunkan peralatan komunikasi yang sangat maju. Atas saran Green, Adam Malik pun secara diam-diam akan diberi uang.
Green diketahui menulis sebuah telegram ke pemerintahnya.
"Keinginan kami untuk membantunya dengan cara ini, menurut saya akan menggambarkan dukungan kami atas perannya dalam upaya tentara yang anti-PKI, dan meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara dia dan tentara,” tulis Green.
"Kemungkinan bahwa dukungan kami akan terdeteksi atau terungkap sangat minimal," tutup Green.
Seperti itulah versi CIA sebagai dalang G30S, bagaimana intelijen Amerika ini dinilai berperan dalam tragedi kelam Bangsa Indonesia tersebut.***