Tour ke Ruang Bawah Tanah Lawang Sewu: Menyambangi Penjara Berdiri dengan Tengkuk Merinding

photo author
- Sabtu, 28 Desember 2024 | 21:00 WIB
Pintu masuk ruangan bawah tanah di Lawang Sewu Semarang. PT KAI Wisata membuka area ini untuk wisata.  (Ayosemarang.com/Audrian Firhannusa )
Pintu masuk ruangan bawah tanah di Lawang Sewu Semarang. PT KAI Wisata membuka area ini untuk wisata. (Ayosemarang.com/Audrian Firhannusa )

Totok mulai menjelaskan, ruang bawah tanah itu dulu di zaman Belanda ketika membangun Lawang Sewu dijadikan sebagai pendingin ruangan untuk meredam panas. Untuk lokasi ruang bawah tanah ini berada di Gedung A.

Mereka sadar betul, Semarang punya 'dua matahari'. Maka caranya, air yang berasal dari talang mereka alirkan ke bawah tanah. Itulah mengapa ruang bawah tanah, katanya, selalu terendam.

"Jadi ini bisa mendinginkan ruangan. Coba pegang tembok ini nggak akan panas. Tapi yang patut dicermati, air ini bukan rob atau comberan ya," ujarnya.

Ruang bawah tanah yang saya lalui denahnya seperti lingkaran. Ada lorong memutar yang bisa dilewati dan ada ruang tengah yang cukup luas namun terdapat berbagai beton yang berpetak-petak. Tampaknya juga tak bisa dijadikan aktivitas.

Kata Totok, ruangan itu adalah pondasi gedung. Selain itu, dia menyebut ada lokasi yang sering disebut sebagai penjara duduk. Wah, perkataan itu cukup bikin saya ingin menyimaknya. Ketika saya sudah membuka telinga untuk mendengar, pria yang mukim di daerah Sendangguwo ini malah bersikap tengil.

"Nanti ya saya ceritanya," katanya. Bikin penasaran saja.

Kami melanjutkan perjalanan. Semakin ke dalam, air semakin meninggi. Totok beberapa kali memperingatkan kami untuk berhati-hati dalam melangkah.

Sepengamatan saya, masih ada sisa-sisa benda-benda lama seperti kayu jati, pipa talang yang sudah berkarat, dan beberapa besi berbentuk jeruji.

Oh iya, ada juga sejenis lampu-lampu kuno yang terpasang di dinding meskipun sudah mati. Saya cukup takjub awalnya, sebab peninggalan zaman dulu masih bertahan sampai sekarang. Otentik banget. Tapi, Totok malah mematahkan itu semua.

"Oh, kalau lampu baru. Dipasang untuk estetika," ucapnya. Saya memandangnya dengan sinis.

Setelah melewati berbagai genangan dan kegelapan, sampailah kita di sebuah lokasi di mana ada ruangan-ruangan berukuran kecil.

Ruangan itulah yang orang sebut sebagai penjara berdiri. Totok mengonfirmasi, penggunaan penjara di ruang bawah tanah konon digunakan saat zaman Jepang. Zaman ketika Jepang sudah mengkudeta Belanda dari Indonesia, khususnya Semarang.

Ada 7 penjara berdiri. Ruangan itu memang sempit. Menurut penuturan berbagai sumber, banyak yang menyebut penjara itu digunakan tidak hanya satu orang. Namun, bisa sampai 6 sampai 7 orang.

"Dan mereka semua berdiri. Ini ada bekas seperti teralis. Jadi ada dugaan kuat, memang benar ini dulu penjara. Cuma, saya nggak bisa memastikan ya," terangnya.

Sampai di sini, ada yang aneh. Dada saya terasa sesak. Saya berpikir oksigen mulai menipis. Kalau oksigen menipis artinya ruangan itu penuh dengan orang. Tapi kan, kami cuma bertujuh dari tadi ditambah Totok. Tapi, tunggu, jangan-jangan memang di situ sedang 'ramai'?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rahma Rizky Wardani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X