AYOSEMARANG.COM -- Lawang Sewu yang kita kenal saat ini sebagai objek wisata budaya di Kota Semarang dahulu merupakan kantor pusat perkeretaapian pertama sejak masa kolonial.
Istilah lawang sewu itu sendiri populer di masyarakat Jawa yang menyebutkan sesuatu yang berjumlah banyak dengan sebutan sewu.
Namun jumlah pintu sebenarnya yang ada di gedung bekas kantor pusat maskapai perkeretaapian di masa kolonial ini adalah 928 pintu.
Baca Juga: 7 Warung Mie Ayam Enak di Semarang Selalu Ramai POLL, Lengkap Harga Semangkok dan Jam Buka
Lawang Sewu terdiri dari 2 gedung utama A dan B yang masing-masing dibangun pada tahun dan arsitek yang berbeda juga.
Gedung A dibangun oleh Arsitek Jacob F Hammer dan BJ Undach yang keduanya berasal dari Amsterdam - Belanda pada tahun 1904.
Sedangkan gedung B dibangun oleh Arsitek Thomas Carsten yang juga berkebangsaan Belanda pada tahun 1916.
Mengingat kedua gedung utama Lawang Sewu dibangun pada era yang berbeda sehingga model dan material yang digunakan juga berbeda.
Sedangkan gedung C justru lebih dahulu dibangun karena kala itu bangunan ini digunakan sebagai semacam kantor proyek.
Khususnya gedung A ini mempunyai keunikan tersendiri karena material yang digunakan dalam pembangunannya 80 persen didatangkan langsung dari Eropa.
Salah satu dari material tersebut adalah batu bata yang didatangkan langsung dari belanda bahkan cat yang ada hingga saat ini adalah cat asli.
Secara keseluruhan bangunan gedung Lawang Sewu Semarang memiliki 114 ruang kerja dan dimasing-masing ruangan dihubungkan dengan satu pintu yang dahulu berfungsi sebagai akses pengawasan kerja.
Baca Juga: Bikin Ketagihan! Inilah 13 Kedai Bakso Enak di Semarang yang Wajib Dikunjungi Pecinta Kuliner Bakso
Pengawas kerja kala itu dikenal dengan sebutan Mandoer yang berasal dari Bahasa Belanda Man adalah seorang laki-laki dan Dor adalah pintu.