Luasan itu hanya meliputi bangunan keraton saja, belum termasuk objek lain yang masih berada dalam benteng Baluwerti yang memiliki luas 184 hektar.
Serangkaian ruang terbuka di dalam bangunan keraton ini disebut dengan Pelataran, di setiap pelataran dibatasi dengan regol atau pintu gerbang.
Di setiap regol terdapat ornamen yang khas bergaya arsitektur Jawa, serta ada juga sentuhan bergaya arsitektur mancanegara seperti Portugis dan Belanda.
Joglo terbuka tanpa dinding disebut dengan bangsal, sedangkan bangunan yang tertutup dinding disebut dengan gedong.
Baca Juga: 5 Kuliner Jogja Lezat dan Murah Harganya, Ternyata Nggak Cuma Gudeg
Ada salah satu bangsal yang bernama Trajumas, pada awalnya Trajumas dipergunakan sebagai pengadilan bagi kerabat atau abdi dalem yang melanggar peraturan.
Masih berada di pelataran Srimanganti dan Bangsal Trajumas, kita akan menuju ke Regol atau gerbang Donopratopo sebuah nama yang memiliki makna tersendiri.
Setelah memasuki regol Dono Pratopo akan dijumpai beberapa bangsal yang satu rangkaian dengan gedong kediaman Sultan.
Selanjutnya memasuki regol menuju museum batik dan koleksi benda bersejarah, tetapi khusus museum batik tidak diperkenankan mengambil gambar ataupun video.
Baca Juga: Kuliner 5 Bakmi Jawa di Jogja Bercita Rasa Tinggi dengan Harga Kaki Lima, Nggak Melulu Gudeg
Objek yang tak kalah menarik adalah museum Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang berisi koleksi benda bersejarah pada masa perjuangan kemerdekaan.
Selain benda bersejarah di museum ini pengunjung juga diperkenalkan dengan budaya atau tradisi keraton dan kerabatnya.
Demikian wisata budaya di Keraton Yogyakarta, yang bukan hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan kesultanan tetapi juga kiblat budaya Jawa.***