Risiko Lain: Karburator dan Seal Bisa Rusak
Selain masalah pencampuran, etanol juga dikenal sebagai pelarut kuat yang bisa mempengaruhi material lama, terutama karet dan logam. Motor dua tak klasik umumnya masih memakai karburator, selang bensin, dan seal karet lama yang rentan terhadap pelarut seperti etanol.
Dampaknya, komponen bisa cepat getas, bocor, atau korosi. Ini bukan hanya mengganggu performa, tapi juga bisa memicu kebakaran jika kebocoran terjadi di area panas mesin.
Dampak pada Performa dan Pembakaran
E10 memang memiliki oktan lebih tinggi, tapi nilai energinya lebih rendah dibanding bensin murni. Artinya, motor dua tak yang memakai bahan bakar ini bisa kehilangan tenaga, terutama di putaran atas.
Campuran bensin-etanol yang tidak stabil juga membuat pembakaran tidak sempurna. Hasilnya, asap lebih tebal, busi cepat kotor, dan knalpot cepat tersumbat karbon.
Baca Juga: Lewat PIJAR, Pemkot Semarang, KNPI dan Undip Kolaborasi Perkuat Kesehatan Mental Remaja
Solusi Jika E10 Benar-Benar Diterapkan
Jika suatu saat kebijakan E10 benar-benar diberlakukan di Indonesia, para pengguna motor dua tak perlu menyiapkan langkah antisipatif agar mesin tetap awet dan aman. Berikut beberapa tipsnya:
1. Gunakan oli samping full sintetis yang lebih mudah bercampur dengan bahan bakar beretanol.
2. Campur bensin dan oli sesaat sebelum digunakan, jangan disimpan lebih dari 3 hari.
3. Gunakan aditif anti air (fuel stabilizer) untuk mengurangi risiko pemisahan lapisan antara oli dan bensin.
4. Periksa dan ganti selang bensin serta seal karburator dengan bahan yang tahan etanol.
5. Jika tersedia, pilih SPBU dengan bahan bakar non-etanol (E0) untuk performa maksimal.
Harapan dari Komunitas Motor 2 Tak