Pilkada, Perang, dan Mental

photo author
- Kamis, 10 Oktober 2024 | 14:30 WIB
Abdul Jamil Al Rasyid, Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas
Abdul Jamil Al Rasyid, Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas

 

AYOSEMARANG.COM -- Pilkada akan dilaksanakan kurang lebih 1 bulan lagi, genderang perang mulai dikobar oleh beberapa pasangan calon beserta tim sukses pasangan calon. Sebelum 27 November 2024, racikan strategi dari beberapa pasangan calon akan selalu menjadi bahasan yang menarik di setiap penjuru daerah. Banyak asumsi-asumsi liar tentang pilkada dan juga isu yang beredar di tengah masyarakat. Mulai dari isu negatif dari pihak-pihak pasangan calon bahkan juga sampai isu positif yang dicanangkan oleh tim sukses pasangan calon. Racikan strategi kampanye yang menarik tentu akan menambah bumbu-bumbu menjelang pilkada. Misalnya strategi kampanye blusukan, pergi ke tempat umum, konser, dan masih banyak lagi.

Pilkada adalah perang bagi setiap kontestan. Karena dalam pelaksanaan pilkada biasanya lebih panas dibandingkan dengan pemilu. Kontestan yang terlibat diantara partai politik tentu akan menyusun taktik perang yang menarik agar bisa meraup suara rakyat. Perang dalam pilkada ini bukan perang dengan senjata tetapi perang melalui pemikiran dan juga perang isu yang beredar di tengah masyarakat. Perang adu gagasan dan isu-isu yang berkembang di antara pasangan calon tentu akan keluar sebelum pelaksanaan pilkada. Setiap pasangan calon memiliki isu-isu yang biasanya berkonotasi negatif menjelang pelaksanaan pilkada.

Pilkada juga merupakan pertarungan mental bagi setiap pasangan calon beserta tim sukses yang menjadi garda terdepan untuk meraup suara rakyat. Menurut opini penulis, pasangan calon dan juga tim sukses yang memiliki mental dan juga strategi yang baik akan mendapatkan kemenangan saat tanggal 27 November nanti. Pertarungan mental antara tim sukses, tentu akan mempengaruhi hasil dari pilkada karena biasanya tim sukses pasangan calon yang memiliki mental yang lebih baik dan bisa melihat potensi daerah basis dari pasangan calon akan lebih mudah meraup suara. Mental disini bukan hanya mental untuk memberikan isu-isu miring terhadap pasangan calon lawan tetapi mental bagi pasangan calon atau tim sukses yang terlibat dan siap berperang untuk pasangan calon lain.

Pilkada, perang dan mental merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena menurut opini penulis, orang yang memenangkan pilkada adalah orang yang memiliki strategi yang baik dalam berperang dibarengi dengan mental yang kuat bagi pasangan calon untuk menepis isu dan juga memberikan isu kepada calon lain. Perang dalam pilkada adalah perang untuk memperebutkan kursi panas bagi salah satu pasangan calon. Taktik yang banyak dan juga materi yang banyak dalam perang untuk memperebutkan kursi satu di daerah pilkada adalah kunci meraih kemenangan.

Pilkada 2024 lebih marak mengenai isu-isu yang kurang baik terhadap seluruh pasangan calon. Hal ini bisa kita lihat di media sosial ada saja buzzer dari salah satu pasangan calon untuk memberikan isu, membela pasangan calon dan lainnya di media sosial. Media sosial sangat dimanfaatkan oleh pasangan calon untuk berperang mengenai isu. Mental pasangan calon dan juga tim sukses diuji akibat hal ini, karena buzzer di media sosial dengan menggunakan akun fake tentu akan mempengaruhi psikologis pasangan calon. Banyak strategi yang diluncurkan untuk pilkada saat ini.

Perang mental antar pasangan calon juga tersaji sebelum pelaksanaan pilkada kali ini, misalnya di acara debat pasangan calon. Baik itu debat yang diadakan oleh KPU dan juga debat yang diadakan oleh organisasi kemahasiswaan, masyarakat dan lainnya. Maka hal ini yang kerap menimbulkan pro dan kontra, saling serang antar satu pasangan calon. Maka mental dari pasangan calon sangat diuji agar cita-cita dari pasangan calon tercapai. Kemenangan adalah harga yang mutlak agar bisa menduduki kursi panas tersebut.

Tidak hanya pilkada setingkat gubernur saja, setingkat bupati/walikota tidak kalah panas. Suasana yang makin hari makin mencekam membuat jantung dari pasangan calon berdebar. Setiap hari di media sosial khususnya banyak isu-isu terbaru yang beredar di tengah masyarakat. Ada saja update di kolom komentar buzzer yang menyerang satu paslon dan dilakukan juga sebaliknya. Hal ini yang menjadi sangat menarik untuk pilkada kali ini. Tidak hanya perang mental di dunia nyata tetapi dunia maya.

Untuk itu, pilkada merupakan acara pesta sekali lima tahun. Menurut penulis tensi boleh memanas akan tetapi tetap jaga persatuan dan kesatuan untuk kedepannya. Karena yang menang pilkada adalah kita, tidak ada yang kalah dalam pesta sekali lima tahun ini. Kenapa demikian, karena pilkada lebih bersifat kedaerahan dan karena daerah tersebut adalah tempat lahir kita. Suasana boleh memanas tetapi kita juga perlu memikirkan bagaimana nasib daerah kita di masa depan. Maka setelah pelaksanaan pilkada tidak ada peperangan melakukan kontak fisik dan sebagainya.

Penulis: Abdul Jamil Al Rasyid, Mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Rekomendasi

Terkini

Perlukah Outsourcing Dihapus?

Kamis, 8 Mei 2025 | 11:28 WIB
X