AYOSEMARANG.COM- Moderasi beragama di era digital menjadi sorotan penting dalam menghadapi dinamika masyarakat yang semakin terkoneksi. Dalam konteks ini, urgensi moderasi beragama muncul karena ruang digital menjadi medium utama interaksi dan pertukaran informasi. Maraknya penyebaran konten radikal dan intoleran di internet dapat dengan cepat mempengaruhi persepsi masyarakat, memicu ketegangan antarumat beragama, dan merugikan keberagaman serta persatuan di Indonesia (Hefni, W. 2020).
Oleh karena itu, penguatan moderasi beragama bukan hanya menjadi kebutuhan moral, melainkan juga strategi krusial untuk menjaga stabilitas sosial, menghindari konflik, dan membangun pemahaman yang sehat terhadap nilai-nilai keagamaan dalam era digital yang terus berkembang. Permasalahan, sebab, akibat, dan solusi terkait penguatan moderasi beragama di ruang digital merupakan topik yang memerlukan pemahaman mendalam dan solusi yang berkelanjutan.
Moderasi beragama mencakup serangkaian upaya untuk menciptakan keseimbangan dan pemahaman yang sehat terhadap nilai-nilai keagamaan dalam masyarakat. Dalam konteks ruang digital, tantangan kompleks muncul seiring dengan maraknya penggunaan internet dan media sosial sebagai medium utama penyampaian informasi dan interaksi sosial.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam penguatan moderasi beragama di ruang digital adalah maraknya penyebaran informasi yang tidak terkontrol. Konten yang bersifat radikal atau intoleran dapat dengan mudah menyebar luas, mempengaruhi persepsi masyarakat, dan memicu ketegangan antarumat beragama. Hal ini menjadi risiko serius dalam memelihara keberagaman dan persatuan di Indonesia.
Sejumlah faktor menjadi penyebab munculnya masalah ini. Pertama, internet memberikan akses terbuka tanpa batas kepada siapa pun untuk menyampaikan pandangan mereka, tanpa mekanisme pengawasan yang memadai. Kedua, kurangnya literasi digital di kalangan masyarakat membuat mereka rentan terhadap konten yang dapat memicu radikalisasi ( Hefni, W. 2020).
Ketiga, adanya kelompok atau individu yang dengan sengaja menyebarluaskan pesan radikal sebagai bagian dari agenda mereka.
Dampak dari kurangnya moderasi beragama di ruang digital dapat sangat merugikan. Pertama, meningkatnya ketegangan antar umat beragama dapat memicu konflik sosial yang berpotensi merugikan stabilitas dan keamanan nasional. Kedua, polarisasi masyarakat dapat memperlebar kesenjangan dan menghambat pembangunan berkelanjutan. Ketiga, hilangnya rasa toleransi dan saling pengertian dapat merusak kohesi sosial, mengancam keberagaman budaya Indonesia.
Pertama, tantangan kompleks moderasi beragama di ruang digital memerlukan langkah- langkah strategis yang terpadu. Upaya utama adalah peningkatan literasi digital di kalangan masyarakat. Hal ini menjadi krusial mengingat rendahnya literasi digital dapat meningkatkan kerentanan terhadap konten radikal dan intoleran. Masyarakat perlu dilatih untuk menyaring informasi dengan bijak dan kritis, menjadikan mereka pemakai internet yang cerdas (Hefni, W. 2020).
Kedua, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam menghadapi dinamika ruang digital. Kerja sama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan platform media digital perlu diperkuat. Sinergi ini diperlukan untuk mengembangkan mekanisme moderasi konten yang efektif, sehingga konten radikal dapat diminimalkan dan nilai-nilai moderat lebih mendominasi.
Terakhir, peran tokoh agama dan influencer di ruang digital sangat penting. Diperlukan pembinaan terhadap mereka untuk menjadi pelopor pesan moderasi beragama (Taufiq, F. 2021). Melalui pembinaan ini, diharapkan mereka mampu menyuarakan pesan toleransi dan pemahaman lintas agama, menjadikan ruang digital sebagai wadah harmoni keberagaman.
Dengan pendekatan ini, kita dapat membangun ekosistem digital yang mendukung moderasi beragama, menjaga keberagaman, dan mempromosikan nilai-nilai toleransi di tengah masyarakat yang semakin terkoneksi.*
Penulis: Muhammad Iqbal Saputra, mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, program studi Pendidikan Agama Islam. **