AYOSEMARANG.COM -Bulan Puasa adalah bulan pengendalian diri. Meski secara harfiah sesuai kaidah perintahnya hanya tidak makan dan minum serta melakukan hubungan suami istri dari saat Subuh hingga Maghrib, namun bila kita telaah secara lebih luas tentu juga menyangkut pengendalian hawa nafsu yang melibatkan indra- Indra lainnya.
Di alam modern sekaligus era kebebasan serta pesatnya perkembangan teknologi informasi, yang paling sulit adalah menahan mata dan telinga, ditambah jari tangan, utamanya ketika menggunakan serta menerima pesan dari media sosial, terlebih yang sifatnya audio visual.
Sayangnya hingga Puasa Romadhon mulai pun, pesan- pesan saling menjelekkan, saling menyerang, serta membenarkan dirinya masing-masing masing masih terus terjadi.
Dari sisi ilmu komunikasi, pesan- pesan sesat, tidak etis, sekaligus manipulatif alias tidak jujur semacam itu jelas sangat membingungkan dan merugikan, utamanya untuk sebagian besar masyarakat yang belum melek informasi, komunikasi serta teknologinya.
Celakanya, bagi mereka yang tidak melek media tersebut justru pesan hoax itu sering dipercaya, sehingga bisa melahirkan opini yang salah.
Mudahnya mengedit isi medsos, menjadi lebih menyesatkan, dan ternyata saat ini tidak hanya menyangkut pemilu, namun juga kisah kemanusiaan seperti pemulung cantik yang kisahnya makin membingungkan, bahkan tanaman- tanaman sayur dan buah dikombinasi yang makin diluar logika, namun penampilannya menarik.
Pertanyaannya, tidakkah mereka utamanya content creatornya sadar, bahwa di bulan puasa ini mereka bisa saling mengendalikan diri?, Serta apa yang sebaiknya dilakukan masyarakat menghadapi kenyataan tersebut?
Efek Manipulatif
Untuk berbagai pesan non politik , mungkin dampaknya tidak mengkhawatirkan. Namun untuk pesan- pesan Poltik, dampaknya tentulah sangat merugikan.
Para elit yang secara ideal semuanya berdalih demi bangsa dan negara, namun pada kenyataannya mereka tidak bisa mengendalikan para pendukungnya untuk tidak saling menyerang, menjelekkan, bahkan mengolah serta menyajikan pesan yang seolah hanya jagoannyalah yang paling hebat. Dengan pesan- pesan asumtif disertai dengan berbagai editan serta narasi yang dirubah, bisa saja pesan- pesan semacam itu melahirkan opini yang sesat pula.
Sebenarnya tidaklah salah saling menyosialisasikan kehebatan jagoannya masing- masing, selama yang disampaikan didukung data serta fakta empirik yang saat ini mudah didapatkan dari jejak digitalnya.
Model adu program semacam itu tentu justru akan mencerdaskan calon pemilih, dibanding dengan kenyataan yang ada di dunia Maya saat ini yang isinya saling serang dan saling menjelekkan.
Momentum Puasa
Senyampang waktunya Bulan Romadhon, harapannya semuanya sebaiknya saling mengendalikan diri.
Toh puasa itu hakekatnya juga mengendalikan semua hawa nafsu terkait dengan pemanfaatan panca indera kita masing- masing.
Bila hal itu dilakukan, niscaya masyarakat akan menikmati kesejukan iklim komunikasi politik. Toh semuanya bertujuan mulia demi kemajuan bangsa dan negara.
Namun, bila tetap tidak ada perubahan, utamanya di dunia maya dengan tetap maraknya pesan saling menjatuhkan, menjelekkan, bahkan ada pula yang bernada ancaman, masyarakat perlu menyeleksi setiap pesan yang diterimanya, dan bila perlu dengan melakukan tabayun dengan mereka yang melek informasi, komunikasi serta teknologinya, sehingga hingga waktunya kelak mereka tidak tersesatkan, sekaligus menderita dalam kurun lima tahun ke depan.
Penulis : Drs Gunawan Witjaksana MSi, Dosen Tetap Ilkom USM dan Dosen Ilkom Udinus.