Inovasi Pendidikan, SMKN 1 Batang Padukan Mading Tradisional dengan Skill Digital

photo author
- Minggu, 6 Oktober 2024 | 17:49 WIB
Karya majalah dinding para pelajar SMKN 1 Batang.  (Muslihun)
Karya majalah dinding para pelajar SMKN 1 Batang. (Muslihun)

Namun, Farela bukan sekadar nostalgis tanpa refleksi. Ia mengakui adanya pro dan kontra antara karya digital dan konvensional.

"Memang enak tinggal baca di HP, tapi kekurangannya kita jarang berinteraksi dan mata jadi cepat sakit. Lebih asyik baca karya sastra konvensional di perpustakaan, setidaknya sepekan sekali," ungkapnya, menunjukkan kearifan yang tidak terduga dari seorang remaja di era digital.

Lebih dari sekadar lomba mading, inisiatif ini adalah bagian dari perayaan Bulan Bahasa yang lebih besar. SMKN 1 Batang tidak main-main dalam upayanya menghidupkan kembali gairah literasi.

Workshop revitalisasi perkabaran sekolah, parade karya sastra, penerbitan buku, hingga uji kompetensi bahasa Indonesia menjadi rangkaian acara yang mewarnai bulan Oktober.

Farela, dengan kepekaannya terhadap bahasa, juga menyoroti fenomena pencampuran bahasa Indonesia dengan bahasa daerah (Jawa) yang sering terjadi.

"Selain tidak tepat dalam pengucapan, ketika didengar pun jadi aneh karena tidak ada kesesuaian," ujarnya, menunjukkan kepeduliannya terhadap kemurnian bahasa Indonesia.

Inisiatif SMKN 1 Batang ini bukan sekadar nostalgia kosong. Ini adalah upaya nyata untuk menjembatani gap antara tradisi literasi konvensional dengan tuntutan era digital.

Di tengah kekhawatiran akan lunturnya budaya membaca dan menulis di kalangan generasi muda, geliat mading di sekolah ini menjadi secercah harapan.

Mading-mading yang kini menghiasi koridor SMKN 1 Batang bukan hanya sekadar pajangan. Ia adalah manifestasi dari semangat literasi yang tak pernah padam, kreativitas yang tak terbendung, dan bukti bahwa di era digital sekali pun, pesona kata-kata tertulis dan seni visual masih memiliki tempat di hati para pelajar.

Saat dunia terus bergerak maju dengan teknologi yang semakin canggih, SMKN 1 Batang memilih untuk melangkah bijak: merangkul kemajuan sambil tetap menghargai tradisi.

Melalui mading, mereka tidak hanya belajar menulis dan berkreasi, tetapi juga belajar tentang keseimbangan—sebuah kearifan yang akan sangat berguna di masa depan.(*)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Rahma Rizky Wardani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X