Satgas PPK USM Tegaskan Pacaran Bukan Hak Milik, Mahasiswa Diminta Pahami Pendidikan Cinta

photo author
- Senin, 22 September 2025 | 12:17 WIB
Satgas PPK USM, Hermiana Vereswati, S.Psi., M.Psi., saat menjadi narasumber dalam Talkshow Kuliah Keadilan dan Kesetaraan Gender (Kudengar) di Studio Radio USM Jaya.
Satgas PPK USM, Hermiana Vereswati, S.Psi., M.Psi., saat menjadi narasumber dalam Talkshow Kuliah Keadilan dan Kesetaraan Gender (Kudengar) di Studio Radio USM Jaya.

AYOSEMARANG.COM -- “Definisi pacaran itu saling mengenal, tidak lebih dari itu. Pacaran itu proses pengenalan sebelum kita ke jenjang yang lebih serius. Itu pun juga harus dievaluasi, kira-kira bisa lanjut atau tidak. Jangan sampai merasa pacar itu adalah hak milik, sehingga pasangan itu bisa melakukan apa saja. Ingat! pacaran bukan hak milik 100 persen”.

Pernyataan itu disampaikan Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Universitas Semarang (PPK USM), Hermiana Vereswati, S.Psi., M.Psi., saat menjadi narasumber dalam Talkshow Kuliah Keadilan dan Kesetaraan Gender (Kudengar) di Studio Radio USM Jaya, Gedung N Kampus USM, Rabu (17/9/2025).

Talkshow yang dipandu penyiar Radio USM Jaya, Intan Tiwi, ini mengangkat tema “Pentingnya Asertifitas dan Pemahaman Pendidikan Cinta yang Benar dalam Membangun Hubungan dengan Lawan Jenis”.

Hermiana Vereswati atau yang akrab disapa Vesti, menegaskan pentingnya asertifitas dalam hubungan. Menurutnya, asertifitas adalah keberanian seseorang untuk menyuarakan pikiran, perasaan, kebutuhan, dan batasan yang dapat diterima atau tidak.

Ia menilai, seseorang harus jujur terhadap diri sendiri. Jika muncul rasa tidak nyaman atau bahkan dirugikan dalam hubungan, maka perlu bersuara sejak awal.

“Pendidikan cinta itu perlu sekali diperkenalkan ke masyarakat terutama para remaja, supaya tidak toxic. Karena kalau sudah terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, seperti kekerasan seksual, kita harus mendefinisikan ulang, sebenarnya ini cinta atau tidak. Supaya kita tidak terjebak dan terlalu jauh menjadi korban, yang endingnya nanti kita menyesal,” katanya.

Menurut Vesti, mengenal lawan jenis saat pacaran merupakan hal yang wajar. Namun, mengenal diri sendiri terlebih dahulu sebelum berpacaran jauh lebih penting agar perasaan tidak berkembang secara liar.

“Kita harus tau, kita pacaran itu tujuannya apa, pacaran yang sehat itu seperti apa. Kita perlu mencari tahu, sebenarnya yang kita butuhkan dalam suatu hubungan itu apa. Agar kita juga tidak dimanfaatkan, disuruh-suruh, lama-lama endingnya kekerasan kalau kita tidak bisa nurutin maunya dia. Ketika pacaran, kita tetap harus menjadi diri kita masing-masing,” tegasnya.

Keberanian untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan, lanjutnya, menjadi kunci agar suatu hubungan berjalan sehat.

“Itu perlu didiskusikan karena jujur saja kita pacaran, kita juga tidak tahu pacar kita aslinya seperti apa. Jadi ketika pacaran jangan sampai kamu pacarku tapi kamu milikku, itu kan keliru, atau kamu pacarku tapi kamu juga akhirnya jadi mangsaku. Jadi khususnya perempuan-perempuan harus tau agar kita tidak terlalu jauh dan kita akhirnya jadi tidak dirugikan,” ucap Vesti.

Ia juga menegaskan, sebelum hubungan dijalani, pasangan harus berani berdiskusi soal tujuan pacaran, saling menghargai, dan memberikan ruang kebebasan. Pasangan juga harus menyupport secara positif tanpa perilaku posesif.

“Batasan itu harus disampaikan bahwa yang namanya pacaran tidak boleh menyentuh, sekalipun gandengan tangan. Karena nanti bisa saja pasangan kita minta yang lebih, bertindak yang lebih, itu bahaya, apalagi bagi yang masih baru pertama kali pacaran. Itu adalah salah satu cara menghargai badan kita,” ungkap Vesti.

Jika sudah terlanjur terjadi hal yang tidak nyaman, ia menyarankan untuk mengambil jeda, berpikir ulang, lalu mendiskusikan perlakuan tersebut dengan pasangan di waktu yang tepat.

“Kamu itu berharga. Justru karena kamu merasa berharga, dan kembali lagi konteksnya baru mengenal dan pacaran, kamu harus punya dan mencari waktu untuk diskusikan itu. Nanti kalau kamu punya keberanian untuk mendikusikannya, kamu lihat respon pasangan kamu. Kita harus punya daya tawar dan negosiasi, karena masa depan kita yang dipertaruhkan,” ujarnya.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X