Dihadiri Pakar 7 Negara, ICON-ELT 2025 Unisma Kupas Transformasi Pembelajaran Bahasa Inggris

photo author
- Jumat, 21 November 2025 | 11:02 WIB
Rektor Unisma, Prof. Drs. H. Junaidi, M.Pd., Ph.D.
Rektor Unisma, Prof. Drs. H. Junaidi, M.Pd., Ph.D.

AYOSEMARANG.COM -- Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Malang (Unisma) menegaskan pentingnya menjaga peran manusia dalam proses pembelajaran, meski teknologi Artificial Intelligence (AI) semakin menguat dalam dunia pendidikan. Pesan itu menjadi sorotan dalam The 6th International Conference on English Language Teaching (ICON-ELT) 2025 yang berlangsung pada 19–20 November 2025.

Konferensi internasional tersebut dipusatkan di Hall KH. Abdurrahman Wahid Unisma dengan mengusung tema “ELT in a Digital Era: Bridging Technology, Culture and Pedagogy”. Para peneliti dan pakar pendidikan dari Indonesia, Singapura, Australia, Amerika Serikat, Taiwan, Thailand, hingga Malaysia hadir untuk membahas bagaimana pendidik dan generasi muda dapat merespons perkembangan teknologi dalam pembelajaran bahasa Inggris.

Ketua Pelaksana ICON-ELT 2025, Ika Hidayanti, S.Pd., M.Pd., menegaskan bahwa transformasi digital dalam pembelajaran bahasa bukan lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan. Berbagai platform dan perangkat kini telah terintegrasi dalam proses belajar-mengajar.

“Konferensi ini kami selenggarakan mengikuti perkembangan era digital. Harapannya, apa yang kita pelajari hari ini membuka wawasan bahwa pembelajaran bahasa Inggris sangat terbantu oleh teknologi,” ujar Ika.

Ia menjelaskan bahwa teknologi telah meresap ke seluruh ekosistem pendidikan: mulai dari pencarian referensi, kolaborasi akademik, hingga publikasi ilmiah. Learning Management System (LMS), video conference, aplikasi pembelajaran bahasa, perpustakaan digital, hingga AI-assisted writing tools kini menjadi bagian dari keseharian mahasiswa dan dosen.

Meski demikian, Ika mengingatkan bahwa keberadaan teknologi tidak boleh membuat pendidik kehilangan kendali dalam proses pembelajaran. Menurutnya, keseimbangan antara pendekatan humanis dan metode digital harus tetap terjaga.

“Tidak semuanya bisa digantikan teknologi. Tetap harus ada kombinasi antara metode digital dan metode tradisional. AI itu membantu, tapi keputusan dan kendali kelas tetap di tangan guru,” tegasnya.

Pada sesi plenary, Rektor Unisma, Prof. Drs. H. Junaidi, M.Pd., Ph.D., menempatkan teori Konektivisme (Connectivism) sebagai kerangka berpikir utama untuk memahami dinamika pembelajaran di era digital. Teori tersebut menekankan pentingnya kemampuan menghubungkan berbagai sumber informasi, keterampilan melihat relasi antardisiplin, serta merawat jejaring pengetahuan untuk mendukung pembelajaran sepanjang hayat.

“Belajar kini bukan lagi sekadar menghafal isi satu buku. Belajar adalah bagaimana kita menghubungkan simpul-simpul informasi yang tersebar di internet, pustaka digital, jurnal ilmiah, hingga media massa,” paparnya.

Ia juga menyoroti pesatnya perubahan informasi yang membuat pengetahuan cepat usang. Mengutip satu gagasan penting, Prof. Junaidi menyampaikan, “Capacity to know more is more critical than what is currently known.” Baginya, kemampuan untuk terus belajar dan memperbarui pengetahuan jauh lebih penting daripada sekadar menguasai materi tertentu.

Pada titik tersebut, ia menekankan perlunya meningkatkan metakognisi—yakni kemampuan memahami cara berpikir dan mengelola proses belajar diri sendiri. Peserta didik, katanya, perlu tetap kritis dalam menggunakan teknologi, bukan menyerahkan seluruh proses berpikir pada mesin.

Selain menjadi ajang pertukaran gagasan, ICON-ELT 2025 juga difokuskan pada peningkatan kualitas publikasi ilmiah. FKIP Unisma menargetkan luaran konferensi dapat masuk ke jurnal bereputasi seperti Studies in English Language and Education (Q1) dan Asia Pacific Journal of Educators and Education (Q3). Naskah yang belum terpilih akan dipublikasikan dalam prosiding ber-ISSN setelah melalui proses blind review.

Gelaran tahun ini berlangsung secara hybrid dan menghadirkan deretan narasumber terkemuka. Selain Rektor Unisma, hadir secara luring Dr. Willy A. Renandya (NTU Singapura) dan Dr. Finita Dewi (UPI Bandung). Sementara itu, narasumber dari Australia, Amerika Serikat, Thailand, Taiwan, dan Malaysia turut menyampaikan materi secara daring.

Dengan topik yang mencakup inklusivitas, AI for Specific Purposes, hingga sensitivitas budaya, ICON-ELT 2025 mempertegas posisi Unisma sebagai salah satu institusi yang aktif menggerakkan inovasi pembelajaran bahasa Inggris. Di tengah laju teknologi yang semakin cepat, konferensi ini mengingatkan bahwa pendidik tetap berperan sebagai pengarah nilai, pengelola kelas, sekaligus penjaga humanisme dalam pembelajaran.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X