pendidikan

Sabrang Ungkap Akar Masalah Pendidikan Indonesia: Fokus Kognitif Tanpa Value

Rabu, 26 November 2025 | 13:46 WIB
Dalam seminar UNNES, Sabrang menyoroti esensi pendidikan sebagai transfer value agar generasi memahami sebab-akibat dan bertindak lebih bijak (Dok)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM – Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi, Universitas Negeri Semarang (UNNES) menyelenggarakan seminar bertajuk “Meneguhkan Pendidikan sebagai Kompas Moral Bangsa: Mengasah Kecakapan Berpikir Benar-Salah dan Baik-Buruk.” Kegiatan seminar yang diselenggarakan bukan sekedar sebagai peringatan hari guru namun merupakan bentuk komitmen FIPP UNNES untuk kemajuan pendidikan indonesia. Acara seminar diikuti oleh berbagai kalangan, di antaranya pimpinan universitas, dosen UNNES, perwakilan Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten di Jawa Tengah, ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia), kepala sekolah dan guru se-Kota Semarang, para dekan FKIP se-Jawa Tengah, asosiasi kependidikan, serta mahasiswa program sarjana pendidikan.

Sabrang Mowo Damar Panuluh, seniman sekaligus pemerhati pendidikan dihadirkan untuk mengulas bagaimana peran pendidikan dalam kemajuan sebuah bangsa. Sabrang menyoroti peran penting universitas dan bagaimana wajah pendidikan kita sekarang. Universitas adalah tempat terbaik untuk melakukan eksperimen karena menjadi tempat yang steril dan mudah untuk melakukan pengawasan. Melalui eksperimen, maka ilmu pengetahuan akan tumbuh dan berkembang sehingga pendidikan akan turut maju. Sehingga kampus dapat dikatakan sebagai garda terdepan dalam pendidikan. 

Pendidikan kita hari ini banyak berfokus pada aspek kognitif saja, sehingga banyak orang berpendidikan tetapi secara moral masih jauh dari ideal. Jika kita menilik media massa maka kita akan melihat orang berpendidikan tinggi, S1, S2 bahkan S3 yang kemudian terjerat kasus korupsi padahal pendidikannya sudah tinggi. Berita di berbagai media massa tersebut menunjukkan bahwa kita masih belum menyentuk aspek value dan perilaku dari manusia itu sendiri. Seringkali apa yang sudah kita pelajari selama ini hilang begitu saja.

Hilangnya apa yang telah kita pelajari selama ini, menujukkan adanya problems serius. Model pembelajaran yang “in case” ditengarai menjadi penyebab utama. Model in case adalah sebuah pembelajaran yang semuanya diajarkan namun tidak kontekstual dengan apa yang terjadi sekarang sehingga kita tidak tahu kegunaan apa yang kita pelajari. Pendidikan model “in time” dianggap lebih mumpuni dalam menuju esensi pendidikan karena sifatnya yang kontekstual. Model in time adalah mengajari ilmu pengetahuan untuk menghadapi apa yang terjadi sekarang.

Baca Juga: Kaji Wacana Enam Hari Sekolah, Pemprov Jateng Libatkan Perguruan Tinggi, Pakar, dan Dewan Pendidikan

Pendidikan kita hari ini menjadi kurang berjalan sebagaimana mestinya karena kita memahami bahwa tugas pendidkan adalah tugas sekolah dalam hal ini guru. Keluarga dan komunitas atau masyarakat seringkali dilupakan sebagai komponen dari ekosistem pendidikan sehingga pendidikan hanya berhenti di ruang kelas. Kita perlu melihat kembali peran pendidik dan esensi dari pendidikan itu sendiri.

Tugas pendidik bukan untuk mengubah perilaku tetapi membuka sebuah cakrawal berfikir anak didik. Ketika cakrawala anak didik terbuka maka dia bebas memilih dan paham konsekuensi dari pilihannya. Sebagai pendidikan yang dapat kita lakukan adalah mengajarkan sebab-akibat, memberikan pengalaman sebab-akibat dan prediksi sebab-akibat.   

“Pendidikan sejatinya bukan sekedar transfer informasi tapi transfer value dan Pendidikan adalah metode terbaik dalam melakukan transfer value” pungkas Sabrang.

Tags

Terkini