Baca Juga: Saking Indahnya, 10 Destinasi Wisata di Kendal yang Harus Kamu Abadikan Lewat Kamera
“Nggak dijawab. Selama ini gaji pemain dicicil. Kami meminta untuk segera dilunasi,” ujarnya.
Wareng juga menilai kondisi tersebut menjadi bukti lemahnya pengelolaan klub oleh manajemen PSIS di bawah CEO Yoyok Sukawi.
“Ada pemain yang belum dapat haknya. Itu jadi indikasi kalau YS (Yoyok Sukawi) tidak mampu lagi mengelola PSIS,” jelas Kepareng.
Selain itu, Kepareng juga menyarankan agar CEO mempertimbangkan menjual saham klub kepada pihak lain agar pengelolaan menjadi lebih profesional.
“Selama ini dikelola keluarga, jadi seperti bisnis yang dimonopoli keluarga sendiri. Jual saja sahamnya ke orang lain supaya lebih profesional,” tambahnya.
Baca Juga: 5 HP Vivo Paling Murah dengan Fitur NFC Tanpa Menyunat Spesifikasi
Aksi protes terhadap manajemen sebelumnya telah dilakukan oleh Panser Biru bersama Snex pada Rabu 11 Desember 2024 di area Stadion Jatidiri. Namun, kehadiran mereka tidak mendapat tanggapan langsung dari CEO PSIS.
“Kedatangan kami untuk menanyakan langsung pada YS terkait tuntutan kami. Tapi malah dia tidak bisa ditemui,” ungkap Kepareng.
Dalam hal ini Wareng menyarankan sikap manajemen yang hanya mengutus Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan, Agung Buwono, untuk menemui suporter.
“Kenapa CEO tidak menemui kami yang mati-matian mendukung PSIS, malah diwakilkan. Itu salah besar,” tegasnya.
Terakhir Wareng menegaskan, Panser Biru akan terus bersuara hingga tuntutan mereka mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Baca Juga: Jelang Lawan PSS Sleman, Sejumlah Pilar PSIS Diperkirakan Bakal Absen karena Akumulasi dan Cedera
“Kami tetap akan bersuara untuk tim kebanggaan kami. Kalau tidak ada perubahan, YS dan keluarganya harus out, angkat kaki dari klub,” pungkasnya.