Menyerahkan PSIS Semarang ke Kahudi Wahyu: Lebih Sreg Pemain Muda untuk Sistem yang Dianut

photo author
- Jumat, 12 September 2025 | 16:13 WIB
Pelatih PSIS Semarang Kahudi Wahyu saat memimpin latihan. Kahudi lebih suka pakai pemain muda. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Pelatih PSIS Semarang Kahudi Wahyu saat memimpin latihan. Kahudi lebih suka pakai pemain muda. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

Suporter mulai jail. Mereka mendaratkan berbagai komentar nyinyir soal pemain dan menyebut mereka asing di telinga. Termasuk juga langsung meremehkan Kahudi karena belum punya reputasi besar. Suporter menganggap Kahudi medioker.

Padahal, anda wajib tahu bagaimana kiprahnya di Persijap Jepara musim lalu. Ya, Kahudi memang tidak menangani Persijap sampai akhir. Di paruh kedua kompetisi Liga 2, Kahudi mundur dari posisinya. Banyak yang menyayangakan keputusan itu.

Selama melatih Persijap, Kahudi punya statistik yang mengagumkan. Di putaran pertama Persijap menghangatkan papan atas. Sempat beberapa kali menempati urutan puncak namun di akhir putaran pertama berada di peringkat ke-3. Sebelum Kahudi cabut, Persijap menorehkan 15 poin dari 8 laga, dimana menghasilkan 4 kali menang, 3 kali imbang dan sekali kalah.

Di Persijap, Kahudi menerapkan sistem permainan ball possesion yang cukup kuat. Tidak heran sebagai bekas gelandang Kahudi membangun lini tengah dengan cukup tangguh. Berdasarkan berbagai tayangan Persijap saat dia tangani, tim ini cukup rapat di lini tengah.

Kerapatan itu berlaku ketika bertahan maupun membangun serangan. Ketika lawan menyerang, mereka tidak bisa leluasa bergerak dan pemain Persijap, keluar dari tekanan dengan elegan serta modern. Memindah bola dari kaki ke kaki, dengan umpan-umpan pendek. Tidak ada permainan pragmatis, tapi kerumitan itulah yang bikin Persijap digdaya.

Lalu bagaimana pemainnya? Bukan menyamakan PSIS sekarang, tapi waktu itu Persijap banyak juga dihuni pemain-pemain tidak terkenal. Waktu itu siapa yang mengenal Rizki Hidayat, Safna Maula Delpi, Doni Halomoan Sormin dan Restu Akbar. Nama-nama itu jadi pemain vital sewaktu Kahudi melatih.

Kelak, Kahudi mengakui jika dia lebih menyukai pemain muda dalam membentuk tim. Alasannya simpel, lebih gampang diatur daripada yang sudah senior. Selain itu, filosofi ini dia genggam dari eks pelatihnya yang dulu pernah mengetuk pintu kamarnya di malam hari, Suharno.

Namun saya kira, alasan Kahudi tidak semata itu saja. Tapi berhubungan dengan sistem yang dia bangun.

Saya melihat, sistem permainan Kahudi harus dijalankan oleh pemain muda yang bertenaga. Sebab sistem ini mengharuskan pemain bekerja agar segalanya berjalan. Ibarat mesin, jika ada komponen yang rusak atau tidak pas, mesin ini tidak bisa berjalan.

Kahudi Wahyu saat melatih. Kahudi mengajak pemainya untuk membuktikan nyinyiran orang. (PSIS)
Kahudi Wahyu saat melatih. Kahudi mengajak pemainya untuk membuktikan nyinyiran orang. (PSIS)

Sistem yang diterapkan Kahudi sebetulnya tidak melelahkan. Namun dibutuhkan komitmen dari setiap pemain. Padahal dalam komitmen inilah tidak setiap pemain bisa menjalani. Pola yang diterapkan pun bisa berubah, bisa 4-4-2, bahkan 3-5-2 tergantung bagaimana lawan.

Dalam latihan, pemain diminta menggulirkan bola dengan cepat dari kaki ke kaki. Saat membuat peluang pun demikian. Ketika ada pemain yang unjuk skill dengan melewat-lewati lawan, Kahudi pernah menegur.

"Main simpel kasih ke teman yang dekat. Tidak perlu banyak bawa bola, kalian sedang bukan jadi pemain tarkam," ungkapnya. Maka kemudian, jika nanti saat kompetisi dimulai kalian mencari pemain suka menggiring bola seperti Gali Freitas atau Taisei Marukawa, tidak akan ada.

Skuad Kahudi Wahyu saat ini diisi banyak pemain muda. Dari belakang ke depan, pemain senior bisa dihitung. Dari depan misalnya, ada nama-nama Camilo Sanchez, Ade Ivan Hafilah, Krisna John, Amir Hamzah termasuk Basajum Latuconsina.

Untuk stok pemain tengah ada Safna Delfi, Darel Valentino, Madilesa, dan untuk pemain asing ada Luan Sergio Dias, kemudian Reiva dan Delfin Rumbino serta terakhir Imam Budi. Di belakang ada Habil Akbar, Syihabuddin, Dandi Maulana, Wahyu Saputro, Marko Ivanovic, Doni Sormin, Dani Sormin, Aqsha Saniskara.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X