Ningsih menambahkan jika dia salut atas perjuangan murid-muridnya. Saban minggu, muridnya rutin melakukan 4 kali latihan.
Tidak hanya itu, saat di sana pun, juga tidak mudah. Murid-murid harus menempuh perjalanan darat selama 9 jam menuju venue event.
"Ketika di sana, kami melihat uji area, banyak peserta dari luar provinsi, dari Jambi, Riau, Bandung, Banteng, Jakarta yang mungkin dekat dengan fisiknya yang sudah siap sedia. Beda kayak kami yang harus menempuh perjalanan 9 jam. Dengan membawa semua perangkat yang luar biasa ini. Kebersamaan yang solid, latihan yang gigih, keyakinan dari anak-anak. Terutama anak-anak. Karena anak-anak SD itu kan dibawa sampai ke Cibubur dari mulai Jumat siang, sampai Minggu malam, itu perjuangan yang luar biasa. Tapi alhamdulillah di perjalanan itu anak-anak senang karena optimis bisa membawa pulang," paparnya.
Skuad Gita Swara ini sebetulnya sudah dibina sejak murid-muridnya kelas 3. Namun khusus untuk Piala Presiden sudah dipersiapkan sejak 9 bulan terakhir.
Baca Juga: Heboh! Candi di Jawa Tengah Ditemukan Sekitaran Kebun Salak Warga, Peninggalan Kerajaan?
Tidak hanya itu, Ningsih bercerita bahwa kelompok Marching Band Gita Swara sudah punya daya tarik khusus. Tidak sedikit orang tua murid yang memasukan anaknya ke SD Ngaliyan 1 hanya untuk mengikuti Gita Swara.
Saking banyaknya, skuad Gita Swara sampai bisa dibagi menjadi kelompok A dan B sehingga pada suatu waktu sekolah ini bisa mengikuti dua perlombaan dalam satu waktu.
Terakhir, Ningsih kembali mensyukuri hasil yang didapat oleh murid-muridnya. Dia harap, prestasi ini bisa memicu murid lain untuk mempersembahkan prestasi di bidang lain.
"Untuk saat ini tidak hanya Marching Band saja yang juara, ada bidang lain seperti lomba tari, lomba story telling dan bidang kebahasaan. Dalam Piala Presiden kami juga bersama dengan SMP 1 yang alhamdulillah dapat juara juga," katanya.
Baca Juga: Bantuan El Nino Untuk PKH atau BPNT? Penerima Auto Makmur Jika Dapat Dobel
Sementara dari salah seorang koordinator Gita Swara, Sri Pungkasaningsih, S.Pd., M.Pd., mengaku terharu atas hasil yang didapat sekolahnya.
Sebab dia teringat persiapan selama 9 bulan yang tidak mudah. Dia menyadari melatih anak-anak SD itu tidak mudah dan terdapat bergai kendala mulai dari tidak stabilnya emosi sampai mencari venue untuk latihan.
"Waktu latihan itu kan karena menyesuaikan perlombaan kami mencari Gor. Kami pun pindah-pindah dari Gor UIN Walisongo sampai Penerbad. Kami menuju semua Gor itu memakai angkot. Tapi anak-anak senang dan semangat," kata perempuan yang akrab disapa Ipung tersebut.
Selain itu, menuju Piala Presiden pun biaya yang dikeluarkan juga tidak banyak. Misalnya, SD Ngaliyan harus membeli hak cipta dari aransemen yang digunakan. Kemudian untuk display atau koreografi marching band juga harus membeli hak cipta.
Baca Juga: Tersembunyi di Hutan, Heboh Penemuan Candi di Kediri Diduga Berasal dari Abad ke-14
