SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Penghormatan kepada leluhur tampaknya tidak ingin ditinggalkan oleh warga Tambakrejo Semarang di Hari Raya Idul Fitri 1445 H.
Meskipun makam kakek dan ayah mereka lenyap ditelan lautan, mereka tetap ziarah dan mengirim doa-doa.
Seperti yang dilakukan oleh Dani Rujiato (46), usai melaksanakan sholat Idulfitri, dia bersama belasan keluarganya menyewa kapal.
Tentu saja kapal itu bukan untuk tamasya melainkam untuk berziarah di pesisir Tambakrejo yang dulunya sempat jadi makam.
Baca Juga: Obat Rindu Lebaran yang Terhalang Sel Tahanan, Warga Binaan Lapas Perempuan Semarang Bikin Open Blok
Setelah melintasi lautan dan terombang-ambing ombak, Dani tiba di tempat itu. Tempat yang dulunya adalah makam itu kini sudah dipenuhi air dan tanaman bakau.
"Di sini tempatnya. Kami sudah ukur-ukur. Ada patokan-patokan tempatnya," ujar Dani saat tiba di lokasi.
Dia kemudian mengambil sikap hening dan merapal berbagai surat-surat doa kepada leluhurnya. Sementara camar terus berceloteh, diikuti desir angin.
"Untuk posisi doa, kami hanya mengira-ngira saja makamnya di sini, yang penting doanya sampai," terangnya.
Baca Juga: Hormati Sejarah, Masjid Layur Semarang Sajikan Ceramah Usai Sholat Idul Fitri Pakai Bahasa Arab
Dani mengakui jika dia tidak tahu persis lokasi makam ayahnya. Dia tidak tahu persis lokasinya karena segalanya sudah rata dengan air.
Meski demikian di beberapa makam masih ada nisan yang tampak kendati juga sudah siap tersapu arus ombak dan jadi makam kesekian yang bakal hilang.
Namun lagi-lagi, Dani sudah berserah. Dia tak ambil pusing lagi di mana letak makam ayah dan kakeknya.
Paling penting dari posisi makam itu adalah doa. Oleh karena itu, Dani selalu rutin melakukan ziarah ke makam tenggelam di pesisir Semarang.