Kursi Paus Fransiskus saat Bertamu ke Indonesia Dibuat di Kota Semarang, Pembuatnya Anak-Anak SMK

photo author
- Rabu, 28 Agustus 2024 | 16:27 WIB
Pembuatan kursi untuk Paus Fransiskus saat berkunjung ke Indonesia. Pembuat kursi ini adalah SMK PIKA. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Pembuatan kursi untuk Paus Fransiskus saat berkunjung ke Indonesia. Pembuat kursi ini adalah SMK PIKA. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

Kemudian untuk proses produksi dari awal sampai akhir memakan waktu sekitar 3,5 bulan. Tanggal 30 Mei lalu, kedua kursi telah sampai ke Jakarta untuk pengecekan oleh tim dari Vatikan.

Meskipun tampaknya gagah sebagai pembuat kursi Paus Fransiskus saat di Indonesia, Martono tampak malu-malu.

Baca Juga: Meski Kuota Sudah Penuh, Antusias Masyarakat Misa Bersama Paus Fransiskus di GBK Masih Tinggi

Dia menilai, tidak ada harga yang sebanding dengan niat ketulusan persembahan untuk Paus Fransiskus.

"Ini hadiah dari kami untuk Paus Fransiskus. Jadi tidak ternilai," ungkapnya.

Perwujudan pemberian itu disampaikan juga di bagian bawah kursi dengan tulisan huruf Jawa, yang artinya, “Persembahan dari Keluarga besar SMK PIKA Semarang”.

“Dari awal kami sampaikan ke pemesan, kami nggak akan menghitung harga, pokoknya kita buat semaksimal mungkin dan itu jadi persembahan dari keluarga PIKA,” ucapnya.

Di sisi lain, pembuatan kursi ini melibatkan siswa-siswi SMK PIKA. Ada sekitar 8 siswa dari berbagai tingkat, jenis kelamin, hingga agama yang ikut mengerjakan kursi ini.

Baca Juga: Bocoran Ponsel Tahan Banting Sejutaan Realme Note 60 yang Segera Masuk Indonesia

Beberapa siswa yang terlibat antara lain Angellica Darmawan (Budha), Andrew Yulius Purnomo (Kristen), Angela Gregoria (Katolik), Achmad Rayyan Athallah (Islam), dan Antonio roberto zonggonau (Katolik).

Andrew menyatakan jika dia bangga bisa terlibat langsung dalam pembuatan kursi untuk Paus Fransiskus.

Mulai dari proses pembahanan, konstruksi, perakitan, pengamplasan, hingga finishing.

"Paling susah, adalah saat tahap desain. Saat itu, ia menerima kritik dan saran baik dari guru maupun tim langsung dari Vatikan," tuturnya.

Meski demikian, dia merasa puas bisa menyelesaikan dua kursi untuk Paus Fransiskus. Terlebih dia bisa bekerja sama dengan teman-teman dari berbagai latar belakang.

“Bisa belajar toleransi dan bekerja sama, bagaimana bekerja dalam sebuah tim untuk membuat kursi untuk Paus Fransiskus ini. Kami juga diajarkan untuk terus menghargai dan menghormati satu sama lain,” pungkasnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X