Diduga Peninggalan Kerajaan Hindu-Budha, Disbudpar Semarang Telusuri Reruntuhan Kuno di Mijen dan Gunungpati

photo author
- Selasa, 12 November 2024 | 15:42 WIB
Puluhan bikhu dari Thailand yang datang jauh-jauh untuk beribadah di Bukit Kassapa Pudakpayung. Disbudpar Semarang sedang menelusuri rerutuhan kuno peninggalan kerajaan Hindu-Budha. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Puluhan bikhu dari Thailand yang datang jauh-jauh untuk beribadah di Bukit Kassapa Pudakpayung. Disbudpar Semarang sedang menelusuri rerutuhan kuno peninggalan kerajaan Hindu-Budha. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Disbudpar Kota Semarang sedang mencoba menelusuri reruntuhan kuno peninggalan kerajaan Hindu-Budha.

Peninggalan kerajaan Hindu-Budha di Kota Semarang itu diprediksi berada di wilayah Mijen dan Gunungpati.

Kepala Seksi Sejarah dan Cagar Budaya Disbudpar Kota Semarang, Haryadi, mengungkapkan salah satu peninggalan itu pihaknya temukan berupa reruntuhan candi yang berada di Mijen.

Dari reruntuhan itu, dia mendapati ada arca nandi yang berbentuk lembu lalu kemuncak yang merupakan bagian paling atas struktur candi.

Baca Juga: Vihara Tua di Hutan Pudakpayung Jadi Alasan Bikhu Tudong ke Semarang Lagi, Ini Sejarahnya

"Kami juga masih menelusuri. Ada yang berupa, nandi berupa lembu. Lembu itu peninggalannya Dewa Siwa, ada yang namanya kemuncak, bagian paling atas struktur bangunan candi," ungkapnya saat ditemui di kantornya.

Kemudian Haryadi menambahkan apabila merujuk pada Undang-undang Cagar Budaya, ada beberapa kategori peninggalan benda purbakala seperti benda-benda, struktur, bangunan sampai kawasan.

Untuk saat ini pihaknya masih menelusuri lebih jelas lagi. Terlebih beberapa waktu yang lalu diperkuat juga oleh kedatangan bikhu candi yang jauh-jauh dari Thailand untuk bersembahyang di Bukit Kassapa Pudakpayung.

"Saat ini kami masih menelusuri. Karena juga kemarin kenapa sih ada bikhu yang jauh-jauh dari Thailand. Mereka datang ke Borobudur tapi ke Semarang dulu untuk menelusuri jejak-jejak yang ada di Gunungpati sampai ke Pudakpayung. Karena mereka tahu dan punya catatan riwayat kolektif yang dari pujangga Hindu-Budha zaman dahulu, bahwa ini Semarang punya potensi di masa klasik Hindu-Budha," paparnya.

Baca Juga: Sudah Tak Berharap Banyak di Putaran Pertama, PSIS Mulai Pikirkan Putaran Kedua

Lebih lanjut Haryadi menuturkan untuk saat ini Disbudpar belum mau banyak bicara mengenai reruntuhan candi ini.

Pasalnya untuk mengungkapkan penemuan candi ink perlu proses panjang termasuk dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X.

"Kemarin sudah kami tindaklanjuti, Disbdupar membuat narasi atau kajian dulu. Setelah itu step berikutnya akan komunikasi dengan balai tadi untuk melakukan eskavasi," paparnya.

Kemudian dari eskavasi itu jadi proses paling nyata untuk membuktikan berapa usia benda purbakala tersebut.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Regi Yanuar Widhia Dinnata

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X