Dokter Herlambang, Masuk Polisi Demi Mengabdi untuk Papua

photo author
- Sabtu, 8 Maret 2025 | 16:43 WIB
Herlambang Andreka ingin menggunakan ilmunya di bidang kedokteran sebagai polisi untu mengabdi kepada tanah kelahirannya, Papua.  (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)
Herlambang Andreka ingin menggunakan ilmunya di bidang kedokteran sebagai polisi untu mengabdi kepada tanah kelahirannya, Papua. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM – Minimnya fasilitas kesehatan di Papua menjadi alasan kuat bagi Herlambang Andreka Junior Dwi Putra (24) untuk bergabung dengan kepolisian, meskipun ia baru saja menyelesaikan studi di bidang Kedokteran Umum.

Herlambang saat ini menempuh pendidikan di Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang. Keputusan ini bukan tanpa alasan, ia ingin memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat Papua yang masih kesulitan mengakses layanan kesehatan.

Setelah lulus dari Universitas Muslim Indonesia Makassar pada 2024, Herlambang segera mendaftar menjadi polisi. Keinginan ini sebenarnya sudah muncul sejak lama, bahkan lima tahun lalu ia sempat mencoba masuk Akpol. Namun, saat itu ia belum berhasil dan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan kedokteran terlebih dahulu.

Baca Juga: Tujuan Mulia Dokter Alex Stendly Daftar Polisi, Ingin Selamatkan Banyak Nyawa di Papua yang Tak Terjangkau Faskes

"Bagi saya, polisi dan dokter hampir sama. Sama-sama pengabdian ke masyarakat," ungkapnya saat ditemui di tengah masa pendidikannya, Jumat, 7 Maret 2025.

elama menjalani studi kedokteran, Herlambang tetap dekat dengan dunia kepolisian. Pada 2022, ia ikut serta dalam Bakti Sosial di Sentani bersama Polda Papua. Dari pengalaman ini, ia menyaksikan langsung betapa sulitnya akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang layak.

Menurutnya, di Sentani yang masih dekat dengan Jayapura saja, banyak warga yang belum mendapatkan pelayanan kesehatan optimal, apalagi di daerah yang lebih terpencil.

"Sentani padahal dekat dengan Jayapura, tetapi masih banyak tertinggal. Apalagi di daerah terpencil," tuturnya.

Ia juga prihatin dengan tingginya angka kematian yang seharusnya bisa dicegah, tetapi gagal karena keterbatasan akses. Infrastruktur jalan yang masih belum memadai sering menjadi kendala utama dalam penanganan pasien darurat.

Baca Juga: Berawal Tugas Sulit sebagai Nakes saat Pandemi, Jadi Motivasi Dokter dari Papua untuk Mendaftar Polisi

Masalah lain yang menjadi perhatiannya adalah kesehatan ibu dan anak. Banyak ibu hamil yang mengalami keguguran akibat salah penanganan atau tidak mendapat fasilitas medis yang memadai. Selain itu, kasus gizi buruk pada balita juga masih menjadi tantangan besar.

"Ditambah juga gizi balita yang belum terpenuhi dengan baik sehingga dia lahir dengan kondisi ukuran berat badan normal," paparnya.

Herlambang meyakini bahwa dengan menjadi polisi, ia memiliki lebih banyak sumber daya dan akses untuk membantu masyarakat dibandingkan jika hanya menjadi dokter biasa.

"Kalau menjadi polisi nantinya bakal punya kemudahan untuk menjangkau mereka yang masih belum mudah mendapatkan fasilitas," jelasnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X