SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Hae Theater Semarang menampilkan pentas monolog Paramita di GSG FIB Universitas Diponegoro (Undip), Rabu 30 April 2025.
Dalam monolog tersebut, Paramita, yang diperankan oleh Indah Sri Nofitasari, digambarkan sebagai perempuan superior yang punya kuasa dan segala hal dengan sempurna.
Namun dibalik kesempurnaanya itu, Paramitha punya masa lalu yang kelam dan sepanjang cerita tampak punya Daddy Issues atau permasalahan serius dengan bapaknya.
Masa lalu kelam dengan ayah Paramita timbul karena dia sempat dijual oleh ayahnya ke rekan bisnis untuk jadi pelacur. Lalu juga sejumlah perilaku buruk lain yang menyisakan trauma mendalam bagi Paramita.
Baca Juga: Paramita akan Pentas di GSG FIB Undip Semarang, Mengangkat Kisah Nyai Ontosoroh di Masa Modern
Saking traumanya, Paramita jadi sosok yang sensitif dan jika ada sesuatu yang menyentil hatinya, dia selalu teringat bapaknya.
Meski demikian, Paramita menutupi segala traumanya dengan bekerja keras dan jadi pribadi yang ceria. Namun dalam keceriaan itu, ada lubang menganga yang dipenuhi luka.
Anton Sudibyo, penulis naskah mengungkapkan bahwa Paramita terinspirasi dari tokoh Nyai Ontosoroh dalam Bumi Manusia karya Pramoedya.
Pentas ini diinisiasi juga didasari pada perayaan 100 tahun Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya adalah penulis legendaris di Indonesia yang banyak bicara mengenai penderitaan rakyat dalam penindasan kolonial.
Baca Juga: Efek Minum Terlalu Banyak Kopi dalam Sehari: Ini Bahaya yang Mengintai Tubuh Sepanjang Hari
Nyai Ontosoroh memiliki kisah pilu ketika dijual ayahnya sendiri demi uang dan jabatan, menjadi gundik pengusaha kaya, kemandiran dan tekadnya untuk berdaya, hingga keberaniannya melawan sistem hukum dan sosial yang mengungkungnya.
Tapi jika Ontosoroh akhirnya kalah di akhir Bumi Manusia, tokoh Paramita tak mau menyerah begitu saja.
Setelah negara tak mengakui perkawinannya serta kehilangan suami dan anaknya. Perempuan mampu bangkit berdiri untuk kembali menaklukkan dunia.
Dendam kesumat pada ayah yang menjualnya semasa muda, adalah bahan bakar perjuangannya. Perempuan ingin membuktikan dirinya bisa mandiri, berdaya, dan sempurna.