AYOSEMARANG.COM -- Belakangan ini udara pagi di Jawa Tengah terasa jauh lebih dingin dari biasanya. Di kawasan Kota Semarang, suhu minimum tercatat bisa menyentuh kisaran 19 derajat Celsius.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang menjelaskan bahwa kondisi dingin pada pagi hari ini dikenal masyarakat dengan istilah Bediding.
Fenomena tersebut lazim muncul pada periode musim kemarau dan diperkirakan masih dapat berlangsung hingga Oktober 2025, bergantung pada pola angin dan kondisi cuaca regional.
Prakirawan BMKG Ahmad Yani Semarang, Haris Syahid Hakim menjelaskan, wilayah selatan Kota Semarang dan daerah yang dekat perbukitan berpotensi mencatat suhu minimum lebih rendah.
Baca Juga: Terekam CCTV Pencurian Motor di Genuk Semarang, Pelaku Tetap Kabur Meski Ban Bocor
“Suhu di kota sendiri, mungkin lebih cenderung biasanya Semarang Selatan, lalu daerah Ungaran dan sekitarnya itu, Mijen dan dekat perbukitan itu antara 18–19 derajat,” ujar Haris, dikutip Jumat 18 Juli 2025.
Lebih lanjut, Haris menyebut Bediding dipengaruhi salah satunya oleh hembusan angin musim dingin dari Australia yang membawa massa udara lebih kering dan sejuk menuju Indonesia, termasuk Jawa Tengah.
Nah, angin tersebut berembus dengan membawa udara dingin masuk ke Indonesia termasuk di Jawa Tengah.
"Fenomena ini merupakan fenomena yang berulang hampir di setiap tahun terjadi hampir di antara musim kemarau, antara bulan Juli sampai September ataupun Oktober cuma lebih sering terjadi di bulan Juni, Juli, kemudian Agustus," sambungnya.
Baca Juga: Viral Guru Madrasah di Demak Dituntut Rp 25 Juta oleh Wali Murid Karena Diduga Tampar Siswa
Minimnya tutupan awan selama kemarau juga berperan besar. Tanpa awan sebagai “selimut” atmosfer, panas yang diserap permukaan bumi pada siang hari cepat terlepas kembali ke atmosfer pada malam hingga dini hari, membuat suhu permukaan turun drastis pada pagi hari.
“Di musim kemarau ini kan sudah berkurang, bahkan mungkin kalau dilihat hari ini bahkan tidak ada awan. Jadi sinar matahari yang nyampai ke bumi pada malam hari itu langsung dilepaskan. Jadi tidak tertahan lagi oleh awan,” lanjutnya.
Dampak suhu dingin ekstrem terasa lebih kuat di dataran tinggi. Salah satu lokasi yang kerap menjadi sorotan publik adalah Dataran Tinggi Dieng, di mana suhu dapat turun hingga menyentuh bahkan di bawah 0 derajat Celsius dan memunculkan fenomena embun upas.
"Cuma yang biasa terekspos itu Dieng karena sudah terkenal dengan fenomena embun upas. Suhunya bisa di bawah nol derajat," pungkasnya.