Tanpa Laras Panjang, Berganti Pakai Belas Kasih dan Empati

photo author
- Sabtu, 19 Juli 2025 | 13:54 WIB
Densus 88/Antiteror saat memindahkan pendiri JI bernama Thoriquddin alias Abu Rusydan, dari Rutan Polda Metro Jaya ke Lapas I Semarang. Densus mengubah metode dalam mencegah terorisme.  (Densus)
Densus 88/Antiteror saat memindahkan pendiri JI bernama Thoriquddin alias Abu Rusydan, dari Rutan Polda Metro Jaya ke Lapas I Semarang. Densus mengubah metode dalam mencegah terorisme. (Densus)

AYOSEMARANG.COM -- Dua bulan sebelum Noordin M Top tergeletak di kamar mandi dengan tubuh yang diterjang peluru atau tepatnya pada 17 Juli 2009, Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton Jakarta luluh lantak.

Di hari itu Dani Dwi Permana dan Ikhwan Maulana melakukan bom bunuh diri. Dani meledakan diri di pada pukul 07.47 WIB di Lounge dan Lobi Hotel. Sedangkan Nana beraksi beberapa menit setelahnya di Restoran Syailendra.

Setelah insiden bom itu, polisi memburu otak dibaliknya yakni Noordin M Top. Pria ber-KTP Malaysia itu memang sudah lama diburu karena mengotaki aksi Bom Bali 2003, Bom Kuningan pada 2004 dan Bom Bali II 2005.

Perburuan Noordin sempat viral ketika Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror mengepung sebuah rumah di Beji, Temanggung pada Agustus 2009. Usai menghabiskan belasan jam pengepungan dan disorot media internasional, satu orang di rumah itu tewas.

Awalnya banyak yang menulis jenazah itu adalah Noordin M Top, namun setelah melalui hasil autopsi, ternyata itu bukan yang dicari melainkan Ibrohim, penata bunga yang juga pelaku di lapangan dalam Bom Hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton.

Baca Juga: Mayat Perempuan Ditemukan Membusuk di Rumah Jalan Arimbi Semarang, Diduga Meninggal 5 Hari

Sebulan setelahnya, beberapa hari jelang lebaran, Noordin M Top tertangkap di Kampung Kepuhsari, Mojosongo, Jebres, Solo pada 17 September 2009. Noordin ditangkap oleh Densus 88/Antiteror dengan melewati adu tembak selama berjam-jam.

Sampai kemudian desing peluru berhenti, Noordin ditemukan tewas bersama jenazah lain yakni Ario Sudarso, Urwah dan Susilo. Khusus Susilo tewas sembari menindih istrinya yang masih hidup.

Pengepungan rumah teroris jadi beken waktu itu dan tersemat dalam citra Densus 88/Antiteror. Namun semakin ke sini, metode pengepungan yang keras dinilai memiliki domino effect ke orang-orang sekitar dan keluarga serta lingkungan. Maka beberapa tahun setelah itu, Densus 88 Antiteror mengubah metodenya.

Tim Densus 88/Antiteror saat bersinergi dengan Pemerintahan Kota Semarang dalam mencegah terorisme.
Tim Densus 88/Antiteror saat bersinergi dengan Pemerintahan Kota Semarang dalam mencegah terorisme. (Densus)

Metode Baru Cegah Terorisme

Semarang, 2024, seorang pria membawa sejumlah dokumen dan hilir mudik di kantor-kantor pemerintahan. Orang-orang di sekitar tentu saja tidak tahu jika pria itu adalah Ipda Ferry dari Unit Idensos Satgaswil Jateng Densus 88/Antiteror.

Senjata disisihkan lalu diganti dengan diplomasi berbasis empati, itulah kerja-kerja Densus saat ini dalam menangani terorisme. Ipda Ferry tadi sedang mengupayakan kesejahteraan eks Napi Terorisme (Napiter) dengan bersinergi bersama Pemerintah Kota Semarang.

Upaya Ferry tadi dikonfirmasi Kepala Satuan Tugas Wilayah (Kasatgaswil) Jateng Densus 88/Antiteror Polri Kombes Pol Chairul Anam. Dalam mencegah terorisme, pihaknya punya metode baru baik secara terbuka maupun tertutup.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: adib auliawan herlambang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X