semarang-raya

Belum Jauh dari Imlek, Dugderan Semarang Bagikan Roti Ganjel Rel dan Kue Keranjang

Sabtu, 9 Maret 2024 | 20:21 WIB
Roti ganjel rel saat hendak diperebutkan masyarakat. Roti ganjel rel dan kue keranjang dibagi secara bersamaan di Dugderan Semarang. (Ayosemarang.com/ Audrian Firhannusa)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -- Dugderan Semarang selalu menampilkan satu tradisi yang tidak pernah dilewatkan yakni bagi-bagi roti ganjel rel, Sabtu 9 Maret 2024.

Roti ganjel rel dibagikan di Aloon-aloon Semarang saat puncak prosesi Dugderan Semarang usai adanya pembacaan Suhuf Halaqoh.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menuturkan ada yang berbeda dalam prosesi Dugderan Semarang kali ini yakni tidak hanya roti ganjel rel saja yang dibagi tetapi juga kue keranjang.

Baca Juga: Kirab Dugderan Semarang Diguyur Hujan, Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum Basah Kuyup

"Ada arak-arakan pasukan berkudo atau pasukan prajurit 40-an. Ditambah ada pembagian kue keranjang dari Paguyuban Tionghoa, selain kue ganjel rel yang ada di Masjid Agung Semarang dan dibagikan di Aloon-Aloon, karena masih jaraknya berdekatan dengan Imlek," sebutnya.

Mbak Ita menyebut, dengan kolaborasi dan akulturasi budaya ini, dirinya meyakini bahwa baru Kota Semarang saja yang memiliki prosesi seperti ini.

"Tentunya kami berharap bisa lancar semua proses dari Balai Kota kemudian Masjid Agung Semarang kemudian Masjid Agung Jawa Tengah. Pembagian kue ganjel rel dan kue keranjang ini juga menjadi wujud akulturasi budaya antara masyarakat Jawa, keturunan Arab, keturunan Tionghoa, dan keturunan Melayu. Tentunya akan menjadi satu rangkaian yang sangat dinantikan masyarakat," paparnya.

Dengan prosesi Dugderan ini, lanjut Mbak Ita, merupakan perayaan bersama dalam menyambut bulan Ramadhan 2024 dengan keikhlasan hingga menyongsong Idul Fitri.

Baca Juga: Pemkot Klarifikasi Kenapa Dugderan Semarang Tidak Ada Wahana Hiburan, Hasil Evaluasi Tahun Lalu

Sementara dari Ketua Yayasan Masjid Kauman Khamad Maksum mengatakan bahwa bagi-bagi roti ganjel rel memiliki makna.

"Diharapkan dengan dibaginya roti legendaris, apa yang mengganjal di hati direlakan menjelang ramadhan," ungkapnya.

Kemudian senada dengan Mbak Ita, Maksum juga setuju keterlibatan kue keranjang bisa makin menegaskan bahwa Semarang adalah kota toleran.

"Kalau kue keranjang kan sebetulnya perpaduan dengan arab, Melayu dengan Jawa. Ini perpaduan yang sangat menarik dan sangat bisa jadikan contoh. Bagaimanapun juga kita hidup di masyarakat berrbagai macam etnis. Di sini bersatu, baik. Tidak ada permusuhan, damai, rukun. Apapun yahg terjadi bisa rukun, maka kami ganbarkan dengan kue keranjang, ganjel rel dan ada etnis lain, melayu dan Cina," ungkapnya.

Tags

Terkini