semarang-raya

Banjir Demak, Kudus, Sampai Jepara Berkaitan Munculnya Selat Muria? Ini Kata Sejarawan Undip

Selasa, 19 Maret 2024 | 14:56 WIB
Banjir di Demak, Kudus sampai Jepara dikaitkan dengan munculnya Selat Muria. (Polda Jateng)

"Namun karena sedimentasi. Kota Demak sampak masjid agung jadi berjarak puluhan kilometer dari garis pantai," tambahnya.

Hal itu tidak hanya terjadi di Demak, Semarang pun juga demikian seperti kisah-kisah Sam Poo Kong yang dulunya adalah pantai tetapi sekarang berjarak 9 km dari garis pantai.

Kemudian Demak tadi, setelah mengalami sendimentasi akhirnya mengalami kemunduran sebagai kekuatan maritim ditambah adanya kisruh politik di dalamnya.

Dikarenakan sudah tidak bisa dijangkau oleh kapal, gelombang invasi barat pun akhirnya membelokan pelayarannya ke Semarang dan kelak jadi tempat VOC untuk berlabuh dan mengembangkan bisnisnya.

Baca Juga: Mencari Calon Bupati Independen, Relawan Kendal Bersatu Sudah Kantongi Nama

"Ceritanya seperti itu sehingga dampaknya sekarang karena tanahnya hasil sedikentasi itu akhirnya belim sepernuhnya punya ketinggian yang mencukupi untuk terjadinya kondisi yang tidak banjir. Sehingga wilayah itu menjadi wilayah yang rawan banjir ya," ungkapnya.

Lebih lanjut Singgih menambahkan meski Demak sudah mendapat sendomentasi namun beda halnya dengan Jepara yang letaknya paling ujung sehingga ketika Demak kolaps, Jepara masih memegang peranan penting di laut.

Namun meski demikian VOC tak tertarik dengan Jepara karena diduga menurut mereka posisi Semarang lebih strategis.

Selain itu jenis-jenis tanah disana barangkali ya yang merupakan lumpur hasil sedimentasi bukan tanah hasil pelapukan batu ya artinya tanah yang asli.

Oleh karena itu dulu ada tokoh bernama Pati Unus pengganti Raden Patah. Pati Unus mendapat gelar Pangeran Sabrang Lor.

Baca Juga: Relokasi Wilayah Rawan Banjir di Semarang, Perumahan Dinar Indah Jadi Prioritas

"Nah Sabrang Lor itu banyak sejarawan yang menginterpretasikan beliau berkuasa di daerah seberang utara artinya menyeberang selat muria itu ya untuk sampai ke Jepara sebelum menjadi sultan menggantikan Raden Patah. Kalau cerita tradisionalnya seperti itu ditambah kesaksian-kesaksian orang Eropa yang ke utara jawa mereka menyaksikan itu ciri-ciri selatnya itu masih ada pasang surut," papar Singgih.

Lalu bagaimana dengan potensi kemunculan Selat Muria itu di tengah banjir Demak, Kudus dan Jepara, Singgih hanya menyatakan jika sejarah bisa jadi patokan.

Singgih menuturkan, hal itu bisa saja terjadi lagi mengingat saat ini kencangnya isu perubahan iklim dan banyaknya es yang mencair.

"Saya kira ini menarik untuk menjadi bahan pengetahuan generasi muda dan bahan pengambil kebijakan ya bagaimana mengatur tata ruang di wilayah-wilayah yang hasil sedimentasi kemudian ketinggiannya berapa sehingga harus tata penggunaan ruang publik itu seperti apa mana yang perlu ruang hijau mana perumahan, mana industri nah ini perlu dilakukan dengan metode ilmiah dan jangan dilanggar," pungkasnya.

Halaman:

Tags

Terkini