SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Warga Semarang belakangan ini banyak yang mengeluh adanya cuaca panas atau mereka menyebutnya dengan "sumuk".
Ternyata cuaca panas atau sumuk itu memang sudah diprediksi oleh BMKG Jateng, bahwa memang cuaca di Kota Semarang di bulan Oktober memang ada fenomena suhu udara tertinggi.
Salah satu warga Semarang, Abeka mengungkapkan jika siang ini cuaca sangat menyengat. Dia mengendarai motor dalam perjalanan dan suhu panas cukup terasa selama perjalanan.
"Semarang menyala, panasnya nggak umum ini, nyelentip banget (menyengat). Kayak harus pakai sunscreen berlapis ini," ujar Abeka di Jalan Pahlawan Semarang, Rabu 16 Oktober 2024.
Baca Juga: Operasi Candi 2024, Polres Semarang Ramp Check Kendaraan Angkutan Barang dan Angkutan Umum
Untuk diketahui, bulan Oktober memang merupakan masa transisi cuaca dari kemarau ke musim hujan, atau Pancaroba. Ada gerak semu matahari dari Utara ke Selatan saat ini.
Sementara Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Yoga Sambodo menjelaskan ada empat fenomena cuaca yang terjadi di bulan ini.
Pertama yaitu Kulminasi Utama atau biasa dikenal sebagai hari tanpa bayangan yang diperkirakan terjadi pada 9-13 Oktober 2024.
Kemudian ada fenomena Suhu Maksimum karena berdasarkan data klimatologis selama 30 tahun yaitu rentang tahun 1991-2020, Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang mencatat bulan Oktober sebagai bulan dengan suhu rata-rata maksimum.
Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 Halaman 46 Kurikulum Merdeka: Vlog Perajin Mebel
"Suhu tertinggi tercatat 39.5 derajat celsius pada Oktober 2015.Tahun 2023 tercatat 38.1 derajat celsius, artinya adanya potensi wilayah Jawa Tengah terutama bagian Pantura mencapai suhu rata-rata maksimum pada siang hari, tentunya jika cuaca cerah tidak ada tutupan awan," kata Yoga dalam keterangan pers yang dipublikasikan lewat akun instagram @cuaca_jateng.
Kemudian fenomena Pancaroba di mana ada posisi semu matahari yang mulai bergeser dari Belahan Bumi Utara (BBU) ke Belahan Bumi Selatan (BBS) mengakibatkan wilayah-wilayah di Selatan katulistiwa seperti Jawa Tengah memasuki masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan, terutama awal hingga pertengahan Oktober.
"Pada masa transisi musim tersebut kondisi atmosfer cenderung labil sehingga berpotensi membentuk awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat memicu terjadinya cuaca ekstrem, seperti kilat atau petir, angin kencang, puting beliung, hujan lebat, hujan es (hail), dan lain sebagainya," ujarnya
Kemudian fenomena terkahir yaitu Awal Musim Hujan. Yoga menyebutkan awal musim hujan tahun 2024 paling awal terjadi pada bulan September Dasarian III atau akhir September 2024 yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Wonosobo bagian Utara, sebagian Kabupaten Cilacap, Tegal, Pemalang, dan Pekalongan bagian Selatan, sebagian kecil Kabupaten Banyumas bagian Utara, Brebes, dan Temanggung.