semarang-raya

Menjaga Warisan Kerajinan Warak Ngendog di Kampung Purwodinatan Semarang

Sabtu, 22 Februari 2025 | 14:15 WIB
Arif Rahman, salah seorang pengrajin Warak Ngendog di Kampung Purwodinatan Semarang. Arif terus menjaga warisan kerajinan Warak Ngendog. (Istimewa)

Sebagai penerus pengrajin Warak Ngendog, Arif merasa selalu punya kewajiban untuk terus memproduksi. Bahkan kini dia sudah mulai ancang-ancang mengajari anaknya untuk membuat Warag Ngendog.

“Kalau ada pesanan kecil-kecil anak bisa bantu, ya bikin 2 atau tiga. Biar dia juga tau,” kata Arif.

Meski masih bertahan, Arif mengungkapkan saat ini tidak mudah menjual Warag Ngendog. Pembeli seringkali menawar dengan tega.

Baca Juga: Remaja Bandel Semarang Punya Cara Baru Buat Eksistensi: Tarung dengan Sajam

Menurutnya harga Rp 100 ribu itu sudah normal. Namun bagi orang-orang, harga itu kemahalan.

“Mungkin bagi orang yang nggak tau, harga Rp100 ribu untuk warak ngendog itu mahal. Sekarang nggak dihargai, makanya mending sambil kerja lain,” ucap Arif yang juga memiliki usaha bengkel itu.

Sejauh ini sejak 2020, pesanan pun sudah berangsur turun. Tiap tahun memang ada namun jumlahnya tidak sebanyak dulu. Namun apapun dia siap menerima pesanan kapanpun.

Adapun untuk harga, Arif mematok tarif yang bervariasi tergantung dengan tingkat kesulitan. Mulai dari Rp60 ribu sampai Rp5 juta.

“Untuk proses pengerjaan sehari bisa, tapi kalau yang ukurannya besar bisa memerlukan waktu tiga sampai empat hari,” terangnya.

Baca Juga: Rute Mudik Gratis 2025 Kereta Api ke Jawa Tengah, Simak Jadwalnya!

Terlepas dari itu, menjadi pengrajin Warak Ngendog bukanlah pekerjaan utamanya alias hanya selingan. Apabila tidak menjadi pengrajin, dia memilih untuk bekerja di bengkel.

“Kalau kaya gini harus seneng, kalau nggak seneng nggak bakalan bisa bertahan. Jadi anggap aja jadi selingan sekaligus nguri-nguri budaya,” tandasnya.

Halaman:

Tags

Terkini