"Awalnya saya tidak tahu soal NPD. Apa pun dipendam dan membuat saya sakit menderita secara mental. Saat ada informasi soal NPD, saya mencari informasi dengan banyak membaca buku, termasuk berbicara dengan sahabat yang kebetulan juga psikolog. Ternyata ciri-ciri NPD ada pada pasangan saya," ungkap Kartika.
Tidak tahan dengan keadaan yang dialaminya, Kartika akhirnya mengambil keputusan berani dengan memilih berpisah dengan pasangannya.
"Saya semakin lama semakin tua, selama 23 tahun menderita, dan tidak ada kata terlambat untuk bahagia. Saya curhat dengan membuat buku atas apa yang saya alami sekaligus sebagai edukasi ke masyarakat. Di luar sana pasti banyak yang mengalami. Wanita berhak bahagia dan berhak dihargai. Kalau kita bahagia maka kita sehat," ujarnya.
Diakuinya, untuk bisa bangkit dari keterpurukan, tak hanya dukungan dari diri sendiri saja yang dibutuhkan dalam menghadapi pengidap NPD. Namun, mental yang kuat, lingkungan yang positif, dan bantuan dari profesional juga membantunya dalam proses healing dari luka yang dalam.
Ia pun kini menjadi wanita mandiri yang kuat. Selain menjadi pengusaha, Kartika juga bertekad menginspirasi dan membuat banyak orang semakin aware akan kebahagiaannya dengan menjadi penulis buku.
Meski hal ini bisa membuka luka lamanya lagi, ia sadar bahwa trauma adalah luka dan rasa takut yang besar. Jika ia tak bisa menghadapinya, ia akan terus menjadi orang yang memiliki trauma dalam kehidupannya.
Menurutnya, dengan menulis buku ini bisa membantunya sembuh dari luka karena sedikit demi sedikit rasa sakitnya bisa tertuang dan mengubahnya menjadi sosok yang semakin percaya diri dan berani.