Entin dan Suara dari Tanah Jawa: Ketika Gending Menyuarakan Jiwa

photo author
- Sabtu, 31 Mei 2025 | 18:31 WIB
Para juara Sinden Idol 5 yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Semarang (UNNES), Sabtu (31/5/2025). (Dok.)
Para juara Sinden Idol 5 yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Semarang (UNNES), Sabtu (31/5/2025). (Dok.)

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM -Di sebuah malam yang hening namun penuh makna, auditorium Universitas Negeri Semarang dipenuhi oleh alunan gamelan yang menggetarkan hati. Denting saron, gemuruh kendang, dan desah suling mengiringi langkah kaki seorang gadis muda yang melangkah perlahan ke tengah panggung. Namanya Entin Solichah—sinden muda asal Yogyakarta, yang malam itu bukan hanya tampil, tapi menghadirkan jiwa.

Dengan tatapan tenang dan suara lembut yang menyimpan kekuatan, Entin menyanyikan gending Jawa bukan sebagai lagu, tapi sebagai doa. Doa yang ia kirimkan untuk tanah kelahirannya, leluhurnya, dan untuk generasinya—yang perlahan menjauh dari akar budaya sendiri. Dan ketika gending itu berakhir, auditorium hening sejenak, seolah memberi ruang bagi gema suara yang baru saja menyentuh lubuk hati terdalam.

Malam itu, Entin dinobatkan sebagai Juara I Sinden Idol 5 sebuah ajang yang bukan sekadar perlombaan, melainkan panggung pengabdian bagi mereka yang ingin menjaga nyala budaya di tengah gelombang zaman.

“Setiap bait gending yang saya nyanyikan, saya bayangkan wajah ibu saya. Waktu kecil, beliau sering meninabobokan saya dengan tembang Jawa. Saya tidak ingin suara itu hilang,” ujar Entin, menahan haru, usai menerima penghargaan.

Sinden Idol yang digelar UNNES sejak tahun 2012 memang bukan panggung biasa. Ia adalah bentuk cinta—cinta terhadap seni, terhadap identitas, dan terhadap sejarah yang mengalir dalam darah anak-anak negeri. Tahun ini, 15 finalis dari berbagai daerah—Rembang, Ponorogo, Sragen, Banyumas, Yogyakarta, hingga Surabaya—bertemu di Semarang, membawa mimpi dan cerita dari kampung halaman mereka masing-masing.

Di balik penampilan panggung yang anggun, tersimpan hari-hari karantina yang penuh peluh. Para peserta dibekali tidak hanya teknik vokal dan pengetahuan musik, tetapi juga nilai-nilai yang terkandung dalam setiap gending. Sebab menjadi sinden bukan sekadar tentang suara—ia adalah pewaris ruh budaya.

“Sinden adalah perempuan penjaga warisan. Mereka menyuarakan sejarah, kesedihan, harapan, dan kekuatan lewat nada,” kata Dr. Widodo Brotosejati, ketua panitia, dengan mata yang berbinar.

Prof. Dr. S. Martono, Rektor UNNES, menyebut Sinden Idol sebagai bukti nyata bahwa kampus harus ikut bertanggung jawab dalam menjaga budaya bangsa. “Kita hidup bukan hanya dari masa depan, tapi juga dari masa lalu yang kita hormati,” ujarnya. Dalam pandangan beliau, budaya bukan benda mati—ia hidup di hati, tumbuh lewat keteladanan, dan diwariskan melalui kesungguhan.

Selain Entin, Ika Lianingrum dari Banyumas dan Phita Nuryani dari Semarang turut menyita perhatian dan meraih juara II dan III. Ada pula Diva Dwi Riyanti dari Ponorogo, Dhesanta Anggun Pramesti dari Sragen, dan Nimas Ayu Winong dari Yogyakarta yang menjadi juara harapan. Namun malam itu, yang benar-benar menang adalah suara-suara perempuan muda yang tak gentar menyuarakan warisan budaya di tengah dunia yang terus berubah.

Prof. Dr. Suyoto, salah satu juri dari ISI Surakarta, mengakui bahwa para finalis telah melampaui ekspektasi. “Kami tidak hanya menilai teknik. Kami menilai rasa. Dan rasa itu muncul jika seseorang benar-benar menyatu dengan apa yang ia nyanyikan,” ucapnya lirih.

Lebih dari Sekadar Juara

Entin pulang ke Yogyakarta bukan hanya dengan piala, tetapi dengan harapan. Harapan bahwa akan ada lebih banyak anak muda yang mau kembali menoleh ke akar. Bahwa suara sinden tak akan hanya dikenang sebagai bagian dari masa lalu, melainkan akan terus hidup—bernafas melalui suara-suara baru yang jujur, lembut, dan penuh cinta.

Dan malam itu, di panggung sederhana dengan cahaya remang, sebuah suara dari hati berhasil membuktikan: budaya tidak akan pernah punah, selama ada yang bersedia menjaganya—dengan suara, dengan cinta, dan dengan jiwa.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X