Menurut AKP Ali Mahmudi, materi yang diberikan meliputi pengendalian massa anarkis, penyelamatan korban kerusuhan, pemadaman api menggunakan APAR, hingga tata cara menembakkan flash ball secara benar dan terukur. “Materi ini sengaja kami padatkan agar prajurit betul-betul menguasai setiap prosedur,” tambahnya.
Baca Juga: PPPK Paruh Waktu 2025 Dibuka, Ini Jadwal dan Persyaratannya
Dari sisi peralatan, latihan kali ini memanfaatkan 13 unit kendaraan dinas roda dua jenis KLX Raimas, satu unit mobil publik address (RAISA), 10 set baju Dalmas, 25 set baju Raimas, 10 helm Dalmas, 25 helm Raimas, 12 pucuk senjata flash ball, dan 30 butir peluru flash ball. “Peralatan ini tidak hanya untuk latihan, tetapi juga akan digunakan saat pengamanan aksi nanti,” tegas AKP Ali Mahmudi.
Ia menambahkan, kecepatan respon adalah kunci dalam penanganan massa. “Dalam situasi nyata, setiap detik sangat berharga. Karena itu, latihan ini kami rancang menyerupai kondisi lapangan yang sesungguhnya,” ungkapnya.
AKP Ali Mahmudi menekankan pentingnya kekompakan. “Pleton Raimas ini ibarat satu tubuh. Semua gerakan harus serentak, kompak, dan disiplin. Kalau satu saja terlambat, maka efektivitas pasukan akan berkurang,” jelasnya.
Selain penguasaan taktik, personel juga dilatih untuk memiliki mental tangguh dalam menghadapi tekanan di lapangan. “Unjuk rasa bisa berubah menjadi ricuh dalam hitungan menit. Kami siapkan mental anggota agar tetap tenang dan profesional,” tutur Kasat Samapta tersebut.
Dalam sesi latihan penyelamatan korban, para personel diberi simulasi evakuasi di tengah kerusuhan. “Ini penting karena tugas kami tidak hanya mengendalikan massa, tapi juga melindungi warga dari potensi bahaya,” kata AKP Ali Mahmudi.
Pada materi pemadaman api, setiap personel dilatih menggunakan APAR dengan cepat dan tepat sasaran. “Api kecil kalau dibiarkan bisa memicu kerusuhan lebih besar. Itulah kenapa kemampuan ini harus dimiliki semua anggota Raimas,” terangnya.
Latihan menembakkan flash ball menjadi salah satu momen yang paling serius. “Flash ball digunakan hanya dalam situasi tertentu dengan prosedur ketat. Anggota harus tahu kapan, di mana, dan bagaimana menggunakannya,” tegasnya.
Selain itu, AKP Ali Mahmudi menegaskan bahwa penanganan massa harus tetap mengedepankan sikap humanis.
“Kami mengingatkan anggota untuk tetap ramah, tidak terpancing emosi, dan mengedepankan komunikasi persuasif sebelum mengambil tindakan tegas. Tujuannya agar situasi tetap terkendali tanpa harus menimbulkan gesekan yang tidak perlu,” paparnya.