Jalan Sunyi PLN Menyalakan Harapan di Desa Terpencil Kaki Gunung Ungaran

photo author
- Selasa, 30 September 2025 | 20:39 WIB
PLN IP UBP Semarang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Ngesrepbalong yang memanfaatkan aliran sungai di hutan.  (arri widiarto.)
PLN IP UBP Semarang membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Ngesrepbalong yang memanfaatkan aliran sungai di hutan. (arri widiarto.)

AYOSEMARANG.COM - Di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Kendal, ada sebuah desa yang dulu nyaris luput dari peta perhatian. Namanya Ngesrepbalong. Di sini, suara burung masih lebih lantang dari deru mesin, dan aliran sungai masih setia membawa bisikan purba dari hutan.

Namun, seperti aliran air yang tak pernah berhenti, perubahan pun datang. Bukan dari derap pembangunan beton, melainkan dari cahaya yang menyalakan kesadaran akan energi bersih yang menyentuh manusia, merawat alam, dan memberi arah baru bagi sebuah desa.

Sejak 2021, PLN Indonesia Power (IP) UBP Semarang hadir di tengah masyarakat. Mereka tidak datang dengan wajah korporasi yang kaku, tetapi sebagai sahabat yang mau mendengar, berjalan bersama, dan menanamkan harapan.

Bagi PLN IP, energi bukan sekadar listrik yang menjelajah kabel. Energi adalah denyut kehidupan, napas yang harus selaras dengan semesta. Dari keyakinan itu lahir program KembangDesa atau Kembangkan Pariwisata Ngesrepbalong, Dukung Ekonomi dan Pelestarian Alam.

Program ini menyatukan warga, akademisi, dan komunitas untuk menghidupkan kembali desa dengan cara yang tidak merusak, melainkan memulihkan.

Kini dua paket wisata menjadi kebanggaan yakni Birdwatching dan Edukopi. Birdwatching bukan sekadar melihat burung, tetapi sebuah perjalanan jiwa. Dipandu Supolo atau akrab disapa Kang Polo, seorang mantan pemburu yang bertobat, setiap langkah di jalur hutan terasa seperti membaca kitab kehidupan.

Dulu, pria yang kini berusia 50 tahun tersebut menembak burung demi bertahan hidup. Kini, ia menembak dengan kamera, mengabadikan burung Elang yang gagah dan burung langka berjambul kuning bernama Julang Emas yang terkenal setia menjaga pasangannya.

Ada suatu malam ketika Kang Polo bermimpi melihat wajah kedua orang tuanya yang sudah lama tiada. Ia tersentak, menyadari bahwa setiap burung yang ia tembak mungkin meninggalkan anak-anak yatim di sarang.

“Sejak kecil saya hidup tanpa orang tua. Baru saya sadar, setiap kali saya membunuh seekor burung, saya menciptakan nasib yang sama bagi anak-anaknya,” ujarnya saat ditemui ayosemarang di rumahnya di Desa Ngesrepbalong, Kabupaten Kendal, Selasa 30 September 2025.

Sejak saat itu, ia berhenti memburu. Kamera menjadi senjata baru, dan alam adalah sahabat yang ia jaga.

Edukopi

Di jalur lain, ada Edukopi, sebuah ruang belajar tentang perjalanan biji kopi dari tanah hingga cangkir. Kopi Gunungsari, ditanam dengan cinta dan dirawat dengan cara ramah lingkungan, kini menjadi simbol kebanggaan. Setiap tegukan bukan hanya memberi rasa, tetapi menyampaikan pesan: bahwa bumi ini harus dijaga agar tetap memberi kehidupan.

Perubahan tidak berhenti pada wisata. Aliran sungai di hutan diubah menjadi cahaya lewat Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Dari 4.000 watt tenaga air, lampu-lampu menyala di rumah warga, warung kopi, hingga jalur wisata.

“Ini bukti bahwa energi bersih bisa langsung dirasakan masyarakat,” kata Flavesius Erwin Putranto, Senior Manager PLN IP UBP Semarang, ditemui di kantornya, pada Selasa 30 September 2025.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X