SEMARANG, AYOSEMARANG.COM – Bagaimana nasib jurnalis di tengah gelombang disrupsi digital? Pertanyaan itu menjadi benang merah dalam acara sharing jurnalistik yang menghadirkan dua sosok penting: Wicaksono, atau yang lebih dikenal sebagai Ndoro Kakung, Tenaga Ahli Menteri Komunikasi dan Digital, serta Rustam Fachri Mandayun, Ahli Pers Dewan Pers sekaligus mantan Redaktur Pelaksana Majalah Tempo.
Acara yang mengambil tema Menjadi Wartawan di Era Media Sosial dan AI ini digelar di Kantor Telkom Semarang Jl Pahlawan, Kamis 2 Oktober 2025.
Kegiatan dibuka oleh Sabri Rasyid, Assistant Vice Presiden External Communicatiom PT Telkom dan Pribadi Nirwana selaku GM Witel Semarang Jateng Utara.
Ndoro Kakung mengurai betapa derasnya arus informasi membuat peran jurnalis kian menantang. Menurutnya, media saat ini tidak hanya bersaing dengan sesama media arus utama, tetapi juga dengan media sosial yang setiap detik melahirkan banjir informasi, termasuk hoaks.
“Jurnalis harus bisa menjadi filter, bukan malah ikut menyebarkan kebingungan. Di era digital, kecepatan memang penting, tapi kepercayaan publik jauh lebih berharga,” ujarnya.
Ia menegaskan, masa depan media bergantung pada kredibilitas dan kemampuan menjaga kualitas di tengah tekanan bisnis maupun algoritma digital.
Rustam Fachri Mandayun, yang juga pernah duduk di Komisi Pengaduan Masyarakat Dewan Pers, menambahkan bahwa dasar dari semua kerja jurnalistik tetaplah Undang-Undang Pers. “Boleh saja kita berlari mengikuti perkembangan teknologi, tapi jangan sampai melupakan pagar etika dan regulasi. UU Pers itu bukan hanya aturan, melainkan perlindungan bagi jurnalis,” katanya.
Ia mengingatkan, banyak media baru lahir tanpa kejelasan status sebagai perusahaan pers. Fenomena ini, jika dibiarkan, bisa menurunkan kualitas jurnalistik dan memperlemah kepercayaan masyarakat. “Jurnalis profesional adalah mereka yang taat aturan, akurat, berimbang, dan tidak tergoda sensasi,” tegasnya.
Bagi para peserta yang sebagian besar adalah wartawan, acara ini menjadi pengingat bahwa jurnalisme bukan sekadar menulis berita, melainkan juga menjaga amanah publik. “Saya jadi sadar, jurnalis itu bukan hanya soal cepat menulis, tapi juga soal tanggung jawab pada masyarakat,” ungkap Siti Khajarwati, salah satu wartawan senior yang ikut menjadi peserta.
Kegiatan ini memiliki pesan penting: di tengah era digital yang serba cepat, profesionalisme, etika, dan kepatuhan pada UU Pers adalah kunci agar media tetap dipercaya dan jurnalisme bisa terus menjadi pilar demokrasi.***