KENDAL,AYOSEMARANG.COM – Kesadaran akan Hak Asasi Manusia (HAM) harus menjadi bagian dari budaya bangsa, bukan sekadar aturan dalam undang-undang.
Hal itu ditegaskan Anggota DPR RI Komisi XIII, dr. Raja Faisal Manganju Sitorus, dalam kegiatan sosialisasi yang digelar di Hotel Front One, Kota Salatiga.
Menurutnya, HAM adalah nafas dari kehidupan demokrasi. Tanpa penghormatan terhadap HAM, bangsa ini akan kehilangan arah dan nilai-nilai kemanusiaannya.
“Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri setiap individu sejak lahir. Ini bukan anugerah negara, melainkan hak kodrati yang tidak bisa dicabut oleh siapa pun,” ungkap Raja Faisal di hadapan peserta sosialisasi.
Ia menyoroti bahwa meskipun Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, implementasi di lapangan masih menghadapi berbagai tantangan. Oleh sebab itu, ia menekankan pentingnya mendorong prinsip P5HAM: Penghormatan, Perlindungan, Pemajuan, Penegakan, dan Pemenuhan Hak Asasi Manusia.
“Kesepuluh hak dasar dalam UU HAM harus benar-benar diterjemahkan dalam kebijakan publik, pelayanan sosial, hingga dalam hubungan antarwarga. HAM tidak boleh berhenti di atas kertas,” ujarnya tegas.
Baca Juga: Kendal Jadi Pelopor Nasional, Dua Desanya Ditetapkan Sebagai Desa Sadar HAM
Sebagai anggota MPR RI, Raja Faisal juga menjalankan amanat untuk mensosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Ia menyatakan bahwa nilai-nilai HAM sejatinya sejalan dan menyatu dengan semangat Empat Pilar tersebut.
“Tanpa penghormatan terhadap HAM, maka Pancasila kehilangan rohnya, UUD hanya menjadi simbol, dan Bhinneka Tunggal Ika tidak lebih dari slogan. HAM adalah jiwa dari seluruh pilar kebangsaan kita,” jelasnya.
Seruan untuk Bangsa yang Lebih Beradab
Dalam pesannya, Raja Faisal menyerukan agar masyarakat tidak hanya menjadi penonton dalam isu-isu pelanggaran HAM, tetapi ikut berperan sebagai bagian dari solusi. Kesadaran kolektif adalah kunci agar bangsa ini tumbuh menjadi negara yang benar-benar menghormati martabat manusia.
“Kita ingin Indonesia bukan hanya maju secara ekonomi, tapi juga beradab secara moral dan menjunjung tinggi kemanusiaan. Itulah arti pembangunan yang sesungguhnya,” pungkasnya.