Rahmat menambahkan, berbagai inovasi BI Jateng terus dilakukan untuk memperluas ekosistem digital, mulai dari QRIS Society LPG Channel di pangkalan LPG, digitalisasi pembayaran di destinasi wisata seperti Candi Borobudur, Lawang Sewu, dan Karimunjawa, hingga program literasi rupiah di sekolah, pesantren, dan kalangan UMKM.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, mengapresiasi konsistensi BI yang terus bersinergi dengan Pemda dan berbagai pihak untuk memperkuat transformasi digital di daerah.
“Rupiah Tresno Budoyo membuktikan bahwa budaya bisa menjadi sarana efektif dalam membangun ekosistem ekonomi kreatif dan digital. Kolaborasi seperti ini perlu dijaga agar daya saing ekonomi daerah semakin kuat,” kata Sumarno.
Sebagai puncak acara, Rupiah Tresno Budoyo 2025 menampilkan Opera Orchestra Diponegoro — pertunjukan yang memadukan seni tari teatrikal, orkestra modern, dan gamelan kontemporer.
Pagelaran tersebut menjadi simbol harmonisasi antara budaya tradisional dan inovasi digital, sekaligus refleksi nilai-nilai perjuangan Pangeran Diponegoro yang relevan dengan semangat kemandirian ekonomi masa kini.
Melalui kegiatan ini, BI Jawa Tengah berharap sinergi lintas sektor antara dunia budaya, pemerintah daerah, dan pelaku ekonomi digital dapat terus tumbuh, menciptakan pembangunan ekonomi yang inklusif, kreatif, dan berakar pada kearifan lokal.
