KENDAL,AYOSEMARANG.COM — Kondisi tanggul Kali Bodri di sebelah utara Masjid Manarul Husna, Desa Kebonharjo, Kecamatan Pegandon, dilaporkan warga dalam keadaan kritis beberapa waktu lalu.
Menindaklanjuti laporan tersebut, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Kendal segera melakukan upaya penanganan darurat untuk mencegah kerusakan lebih parah.
Selama sepekan terakhir, petugas telah memasang trucuk bambu sepanjang kurang lebih 50 meter di titik tanggul yang rawan.
Langkah ini diambil untuk memperkuat struktur tanggul sementara sebelum dilakukan pembangunan permanen.
“Kurang lebih sepekan ini sudah dipasang trucuk bambu sepanjang 50 meter. Nantinya akan diperpanjang lagi,” ujar Arif Fajar Hidayat, Koordinator Petak Bodri yang juga mewakili warga setempat, Jumat 7 november 2025.
Meski demikian, proses pemasangan trucuk tidak berjalan sepenuhnya lancar. Arif menyebutkan, beberapa bagian dasar tanggul masih dipenuhi longsoran batu dari sender lama, sehingga menyulitkan pekerja untuk menancapkan bambu dengan maksimal.
“Info dari pekerjanya, kadang di bawah kepentok batu-batu, jadi pemasangan tidak bisa terlalu dalam,” tambah Arif.
Baca Juga: Penanganan Tanggul Kali Bodri Dinilai Belum Merata, Warga Adukan ke Ketua DPRD
Kekhawatiran warga sempat meningkat pada Kamis 6 november 2025 sore ketika ketinggian air di juwero mencapai 150 cm, menandakan debit air Kali Bodri cukup besar.
Namun hasil pemantauan langsung pada Jumat pagi menunjukkan bahwa trucuk yang telah dipasang masih berdiri kokoh dan menahan arus air dengan baik.
“Alhamdulillah trucuknya masih kokoh. Debit air kemarin malah bisa jadi semacam test drive untuk kekuatannya,” ungkap Arif.
“Memang ada beberapa bagian yang perlu perbaikan kecil, tapi bisa segera dikoordinasikan dengan petugas lapangan,” imbuhnya.
Selain fokus pada perbaikan fisik tanggul, warga Desa Kebonharjo juga berencana mengadakan kegiatan pelatihan tanggap bencana bertajuk “Kebonharjo Siaga”. Program ini bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, baik secara mental maupun keterampilan teknis, menghadapi potensi bencana banjir yang relatif tinggi di kawasan tersebut.
“Hari-hari ini warga masih trauma, jadi perlu pelatihan tanggap bencana agar lebih siap kalau kejadian serupa terulang,” jelas Arif.