GKR Hemas : Krisis Kesehatan Mental Perempuan Harus Jadi Prioritas Negara

photo author
- Minggu, 7 Desember 2025 | 12:25 WIB
Wakil Ketua DPD RI, GKR Hemas  saat menjadi pembicara kunci pada FGD bertajuk “Menyingkap Beban Ganda dan Trauma: Eksplorasi Mendalam Kesehatan Mental Perempuan di Era Kontemporer” di Universitas PGRI Semarang, Minggu (7/12/2025). (dok.)
Wakil Ketua DPD RI, GKR Hemas saat menjadi pembicara kunci pada FGD bertajuk “Menyingkap Beban Ganda dan Trauma: Eksplorasi Mendalam Kesehatan Mental Perempuan di Era Kontemporer” di Universitas PGRI Semarang, Minggu (7/12/2025). (dok.)

 

SEMARANG, AYOSEMARANG.COM - Wakil Ketua DPD RI, GKR Hemas, mengingatkan bahwa Indonesia sedang menghadapi krisis kesehatan mental perempuan yang tidak boleh lagi dianggap persoalan sampingan. Peringatan itu ia sampaikan dalam FGD bertajuk “Menyingkap Beban Ganda dan Trauma: Eksplorasi Mendalam Kesehatan Mental Perempuan di Era Kontemporer” di Universitas PGRI Semarang, Minggu (7/12/2025).

Hemas menegaskan, kesehatan mental perempuan merupakan urusan bersama, bukan sekadar tanggung jawab individu. “Ketika ratusan perempuan menjadi korban setiap tahun, itu tanda ada yang keliru dalam sistem perlindungan kita,” ujarnya.

Ia menilai berbagai regulasi seperti UU PKDRT dan UU TPKS sudah menjadi fondasi penting, namun implementasinya masih perlu diperkuat. Hemas juga mendesak agar RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT) masuk prioritas dalam Prolegnas 2026. Menurutnya, pekerja rumah tangga—yang mayoritas perempuan—adalah kelompok yang paling rentan dan membutuhkan perlindungan hukum segera.

Dalam kesempatan itu, Hemas menyoroti meningkatnya ancaman kekerasan di ruang digital. Maraknya Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO)—mulai dari cyberbullying hingga deepfake pornografi—dinilai ikut memperberat beban psikologis perempuan. “Teknologi membuka banyak peluang, tapi juga melahirkan bentuk kekerasan baru yang sangat merusak mental perempuan. Kita butuh gerakan bersama untuk menciptakan ruang digital yang aman,” katanya.

Wakil Ketua Komite I DPD RI, Muhdi, mengapresiasi konsistensi GKR Hemas dalam memperjuangkan isu-isu perempuan. Ia menyatakan bahwa anggota DPD RI dari Subwilayah Barat II siap membawa hasil FGD ini sebagai rekomendasi kebijakan di tingkat nasional. “Kami berkomitmen untuk menindaklanjuti hasil diskusi ini dalam pembahasan kebijakan,” ujarnya.

Dosen Psikologi Universitas PGRI Semarang, Arri Handayani, menambahkan bahwa perempuan kerap memikul peran ganda yang tidak selalu tampak, dan jika tidak dikelola dapat memicu kelelahan emosional berkepanjangan. “Burnout bukan kelemahan, tapi tanda seseorang sudah terlalu lama menghadapi tuntutan yang tidak seimbang,” kata Arri.

Guru Besar Psikologi SCU Semarang, Christin Wibhowo, menekankan pentingnya pemahaman publik mengenai pengaruh hormon terhadap kondisi emosional perempuan. Ia menjelaskan bahwa fluktuasi hormon dapat memicu PMS, PMDD, hingga depresi pascapersalinan, terutama ketika perempuan tidak memperoleh dukungan memadai. “Aspek biologis ini sering diremehkan. Padahal pemahaman yang benar sangat penting agar perempuan tidak distigma dan bisa mendapat bantuan tepat waktu,” tuturnya.***

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: arri widiarto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Bank Jateng Fasilitasi Rekening Gaji 3.352 PPPK Pemalang

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:05 WIB
X