Imam As-Syafi'i bahkan menyatakan sekiranya masjid tersebut mampu menampung seluruh penduduk di daerah tersebut, maka mereka tidak perlu lagi pergi ke tanah lapang karena sholat ied di masjid lebih utama.
Akan tetapi jika tidak dapat menampung seluruh penduduk, maka tidak dianjurkan melakukan sholat ied di dalam masjid.
أَنَّهُ إِذَا كاَنَ مَسْجِدُ البَلَدِ وَاسِعاً صَلُّوْا فِيْهِ وَلاَ يَخْرُجُوْنَ.... فَإِذَا حَصَلَ ذَالِكَ فَالمَسْجِدُ أَفْضَلُ
”Jika Masjid di suatu daerah luas (dapat menampung jama’ah) maka sebaiknya sholat di Masjid dan tidak perlu keluar.... karena sholat di masjid lebih utama.”
Dari fatwa Imam As-Syafi'i ini, Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani telah membuat kesimpulan seperti berikut:
"Dari sini dapat disimpulkan, bahwa permasalahan ini sangat bergantung kepada luas atau sempitnya sesuatu tempat, kerana diharapkan pada Hari Raya itu seluruh masyarakat dapat berkumpul di suatu tempat. Oleh kerana itu, jika faktor hukumnya (’illatul hukm) adalah agar masyarakat berkumpul (ijtima’), maka sholat ied dapat dilakukan di dalam masjid, maka melakukan sholat ied di dalam masjid lebih utama daripada di tanah lapang".
Tata Cara Sholat Idul Adha
Tata cara sholat Idul Adha sama seperti sholat Idul Fitri, dimulai dengan niat, takbiratul ihram dan diakhir dengan salam.
Baca Juga: GOR Satria Semarang Jadi Venue City Selection Mandiri 3X3, Ratusan Atlet akan Saling Bersaing
1. Membaca Niat
Niat sholat Idul Adha lafalnya sebagai berikut:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ (مَأْمُوْمًاإِمَامًا) للهِ تَعَالَى
Ushalli sunnata-li ‘idil adl-ha rak‘ataini mustaqbilal qiblati (ma’muman/imaman) lillahi ta‘ala.
Artinya: “Aku niat melaksanakan shalat sunnah Idul Adha dua rakaat, menghadap kiblat (sebagai makmum/imam) karena Allah Ta‘ala.”