Jama’ah salat Jum’at yang berbahagia
Puji syukur kita haturkan kepada Allah Swt atas limpahan kasih sayang, rahmat, dan karunia yang tidak pernah berhenti sedetik pun kepada kita sekalian. Sungguh Maha Besar Kekuasaan Allah atas seluruh lapisan langit dan alam semesta. Allah-lah yang menciptakan dan menjaga segala ketertaturan yang ada di alam raya ini. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabat. Nabi Muhammad adalah teladan kita dalam mengarungi kehidupan agar selamat di dunia dan di akhirat.
Jama’ah salat Jum’at yang berbahagia
Islam adalah agama yang komprehensif, menyediakan inspirasi bagi para pemeluknya untuk menjalani hidup mulai dari persoalan terkecil dan sehari-hari hingga ke persoalan yang sangat kompleks untuk masa depan. Hal ini barangkali, sebagaimana dinyatakan oleh seorang peneliti kajian agama-agama yang terkemuka bernama Karen Amstrong, bahwa Islam mengetengahkan suatu ajaran yang tidak sekadar estetis tapi rasional. Misalnya, melalui kitab suci al-Qur’an, umat muslim didorong untuk memajukan ilmu-ilmu alam. Oleh karena itulah, menurut Karen, Islam senantiasa mengajak pemeluknya untuk mengimani Allah melalui fenomena alam yang ilmiah daripada keajaiban supranatural. Dalam surat Yusuf ayat 6, Allah berfirman:
Baca Juga: Doa Mengusap Kepala Anak Yatim di 10 Muharram Hari Asyura dan Keutamaannya, Baca di Sini
إِنَّ فِى ٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ ٱللَّهُ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَّقُونَ
Artinya: “Dalam pergantian malam dan siang, dan dalam apa yang Allah ciptakan di langit dan bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang bertaqwa (yang menyadari kehadiran-Nya)”.
Jama’ah salat Jum’at yang dirahmati Allah
Salah satu inti ajaran Islam adalah menegakkan keadilan. Keadilan dalam hal apa pun, mulai dari menegakkan keadilan sosial, ekonomi, politik hingga keadilan ekologis. Dalam surat ar-Rahman ayat 5-10 Allah berfirman yang artinya: “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan; Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya; Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan); Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu; Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”
Allah Swt melalui surat ar-Rahman ayat 5-10 mengetengahkan satu prinsip fundamental, yakni bahwa ada keseimbangan (mizan) yang berkeadilan yang mengatur segala sesuatu. Dan manusia harus menyadari adanya keseimbangan tersebut dengan penuh rasa syukur serta mawas diri untuk tidak melampaui batas. Sebab, yang menjaga faktor kunci kelangsungan kehidupan umat manusia adalah ketetapan keseimbangan yang telah ditentukan oleh Allah Swt. Sehingga, jika manusia melanggar batasan tersebut, maka manusia akan jatuh dalam kesesatan dan kebinasaan.
Jama’ah salat Jum’at yang dirahmati Allah
Prinsip keseimbangan yang berkeadilan (mizan) menjadi sangat penting bagi kehidupan manusia modern. Terutama terkait dengan pola konsumsi manusia atas energi sebagai suatu sumber daya kehidupan yang sangat vital dan menentukan. Akan tetapi, pola konsumsi tersebut juga tidak terelakkan lagi menimbulkan dampak merusak yang sangat dahsyat jika melampaui ambang batas keseimbangan ekologis.
Baca Juga: 2 Obat Sakit Gigi Anak yang Aman Cepat Redakan Sakit, Dijual di Apotik
Berbagai kajian mutakhir telah menunjukkan dampak malapetaka bahan bakar fosil seperti batu bara bagi manusia, mulai dari penurunan kualitas kesehatan, kehidupan ekonomi, hingga keberlangsungan lingkungan hidup. Sebuah studi komprehensif berjudul The Human Cost of All yang terbit tahun 2015 menyatakan bahwa pendayagunaan energi fosil seperti batu bara telah menjadi penyebab kematian terhadap 6.500 jiwa di Indonesia. Kesimpulan semacam ini sesungguhnya bukanlah hal baru. Sejak dekade 1970-an, energi fosil seperti batu bara telah dikaitkan dengan kemunculan penyakit paru-paru hitam dan berbagai penyakit berbahaya.
Kendati telah diketahui berbagai dampak buruk penggunaan energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi terhadap keberlangsungan makhluk hidup di planet bumi, belum terjadi perubahan ke arah lebih baik. Akibatnya, peningkatan suhu planet bumi berlangsung sangat cepat dalam 50 tahun terakhir dan menghasilkan dampak sistemik terhadap ekosistem kehidupan umat manusia dan makhluk hidup.