Setelah dilakukan penggalian untuk mengungkap bangunan candi yang tertimbun oleh material erupsi Gunung Kelud.
Candi Sawentar ini memiliki arsitektur yang mirip dengan Candi Kidal di Malang dan Candi Bangkal di Mojokerto.
Namun para ahli masih berbeda pendapat apakah Candi Sawentar ini dibangun pada masa Kerajaan Singasari atau Majapahit.
Candi ini pun memiliki latar belakang agama Hindu. Hal ini diketahui dari keberadaan yoni dan relief Garudeya.
Candi Sawentar mempunyai karakter bangunan candi masa Jawa Timur dari abad ke-12 dan abad ke-13, yakni berbentuk ramping dan tinggi.
Kemiripan arsitektur candi ini dengan Candi Kidal membuat sebagian ahli meyakini bahwa Candi Sawentar dibangun pada awal adak ke-13, atau di masa kerajaan Singasari.
Namun sebagian ahli lainnya berpendapat bahwa Candi Sawentar dibangun pada awal berdirinya Kerajaan Majapahit.
Dalam Kitab Negarakertagama hanya disebutkan bahwa Prabu Hayam Wuruk yang berkuasa di Majapahit antara 1350-1389, pernah mengunjungi Lwang Wentar Manguri pada tahun 1361.
Kitab negarakertagama juga mengungkap bahwa Raja Hayam Wuruk berziarah dan menghibur hari di Sawentar.
Keterangan itu memunculkan argumen bahwa candi ini dulunya digunakan sebagai tempat peristirahatan.
Candi Sawentar juga diketahui sebagai bangunan suci untuk peribadatan. Berbagai upacara keagamaan diantaranya upacara kremasi dan pemujaan dewa-dewi Hindu dilakukan di tempat ini.
Selain itu Candi Sawentar juga dianggap sebagai tempat peristirahatan para raja dan bangsawan Majapahit.