AYOSEMARANG.COM -- Pertanyaan mengenai bolehkah niat puasa Syawal di siang hari tanpa makan sahur sering muncul di kalangan umat Muslim, terutama menjelang Lebaran.
Menanggapi hal ini, Imam Nawawi memberikan penjelasan penting yang menguatkan pemahaman seputar niat puasa Sunnah.
Imam Nawawi berkata, “Menurut jumhur (mayoritas) ulama, puasa sunnah boleh berniat di siang hari sebelum waktu zawal.” (Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 32-33).
Baca Juga: Hukum Puasa Syawal Bagi Wanita yang Masih Memiliki Utang Puasa Ramadhan Karena Haid
Zawal adalah saat matahari tergelincir ke arah barat, yakni memasuki waktu Zhuhur. Ini menandakan bahwa puasa sunnah tidak disyaratkan untuk niat di malam hari, seperti halnya puasa wajib.
Dengan kata lain, puasa sunnah mutlak, seperti puasa Syawal, dapat dilakukan dengan niat di siang hari, meskipun tanpa makan sahur.
Namun, ada perbedaan penting antara puasa sunnah mutlak dan puasa sunnah tertentu. Puasa sunnah tertentu (mu’ayyan) yang terkait dengan waktu tertentu, seperti puasa Syawal, memerlukan niat di malam hari sebelum fajar Shubuh, sama seperti puasa wajib.
Sebagai contoh, jika seseorang berniat puasa sunnah mutlak pada pagi hari, misalnya pukul 10 pagi, asalkan ia tidak membatalkan puasanya dengan makan atau minum, puasa tetap sah. Pahala puasa akan tercatat sejak niat dimulai, karena setiap amalan tergantung pada niatnya.
Baca Juga: Puasa Syawal dan Puasa Qadha Ramadhan Bolehkah Digabung? Ini Penjelasan Ulama
Terkait dengan niat puasa Syawal, ada dua pendapat ulama yang harus diperhatikan:
-Pendapat pertama (menurut Abu Hanifah dan murid-muridnya) menyatakan bahwa niat puasa sunnah tidak boleh dilakukan setelah pertengahan siang.
-Pendapat kedua lebih longgar, mengizinkan niat puasa sunnah dilakukan sebelum atau setelah waktu zawal (tergelincirnya matahari).
Namun, yang membedakan puasa sunnah dengan puasa wajib adalah bahwa untuk puasa wajib, seperti puasa Ramadhan atau puasa qadha’, niat harus dilakukan pada malam hari sebelum Subuh.
Bahkan jika seseorang tidak makan sahur, puasa tetap sah, asalkan ia berniat dan menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan puasa.